²©²ÊÍøÕ¾

Cuan Besar Google, Amazon & Facebook Cs di Tengah Pandemi

Tirta Citradi, ²©²ÊÍøÕ¾
30 October 2020 16:29
Demo Karyawan Amazon (AP/Bebeto Matthews)
Foto: Demo Karyawan Amazon (AP/Bebeto Matthews)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Pandemi Coronavirus Disease 2019 ternyata memberi berkah bagi industri yang bergerak di sektor teknologi. Hal ini terlihat dari kenaikan pendapatan, saham perusahaan hingga kekayaan pemiliknya. 

Tahun 2020 menjadi periode kelam umat manusia di seluruh dunia. Wabah Covid-19 yang awalnya merebak di China pada Januari-Februari berakhir meluas ke berbagai belahan dunia. 

Lonjakan kasus yang terjadi di mana-mana membuat banyak negara memilih mengunci perekonomiannya (lockdown). Mobilitas publik dibatasi bahkan dilarang. Kantor dan sekolah ditutup. Aktivitas sehari-hari dipaksa pindah ke rumah masing-masing guna menghindari semakin meningkat dan meluasnya wabah. 

Ekonomi dunia seolah mati suri dan jatuh ke dalam jurang resesi yang sangat dalam. Harga aset ekuitas global terjun bebas di bulan Februari dan Maret. Namun setelah pemerintah dan bank sentral mulai melakukan intervensi pasar keuangan mulai kalem. 

Harga saham di berbagai negara terutama di AS perlahan bergerak naik. Namun di antara sekian banyak saham AS yang harganya berangsur pulih ada beberapa saham yang cuannya gila-gilaan.

Ketika secara year to date indeks saham acuan AS S&P 500 menguat 2,46% ada empat saham AS yang kenaikannya bahkan sampai dobel digit. Saham-saham tersebut adalah saham raksasa teknologi AS seperti google (Alphabet), Facebook, Twitter hingga raksasa e-commerce AS yaitu Amazon.

Sepanjang 2020 saham induk perusahaan Google yakni Alphabet Inc naik 16,2%. Saham Facebook naik 36,8%. Saham Twitter melesat 63,6% dan kenaikan paling fantastis dipimpin oleh saham Amazon dengan apresiasi sebesar 73,8%.

Kenaikan saham-saham sektor teknologi bukanlah tanpa alasan. Di masa pandemi, ketika aktivitas di luar rumah berisiko tinggi dan cenderung dilarang. Banyak yang beralih ke dunia maya. 

Untuk sekedar bekerja atau mengisi kebosanan saat terkurung di dalam rumah banyak orang yang menggunakan internet untuk berselancar mencari informasi atau bahkan bersosialisasi lewat media sosial.

Adanya platform e-commerce juga memudahkan orang untuk memesan berbagai kebutuhan sehari-hari tanpa harus melangkahkan kaki ke luar rumah untuk ke supermarket. 

Kenaikan penggunaan media sosial serta transaksi lewat e-commerce inilah yang membuat pendapatan raksasa-raksasa teknologi AS di atas meningkat dan diikuti oleh apresiasi harga sahamnya.

Kenaikan harga saham yang fantastis dari raksasa teknologi AS tersebut juga didukung oleh kenaikan kinerja keuangan perusahaannya. Untuk kasus Google, pendapatan pada kuartal yang berakhir pada September 2020 mengalami kenaikan 14% (yoy).

Semua lini bisnis Google mulai dari Google Search & Ads, YouTube Ads, Google Network dan Google Cloud semuanya mencatatkan kenaikan. Sehingga total pendapatan Google naik menjadi US$ 46,2 miliar. Laba operasi dari Google untuk kuartal ketiga naik menjadi US$ 11,2 miliar atau dengan capaian margin mencapai 24%.

Pada kuartal ketiga, total pengguna aktif harian Facebook meningkat menjadi 1,82 miliar pengguna per hari atau naik 2,2% (qoq) dan 12,3% (yoy). Top line perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu meningkat 21,6% (yoy) menjadi US$ 21,5 miliar pada periode Juli-September 2020. 

Mengacu pada presentasi paparan kinerja keuangan perusahaan, kenaikan pendapatan Facebook disumbang oleh kenaikan pendapatan dari pos Facebook Adverising. 

Beralih ke twitter, jumlah pengguna harian media sosial yang didirikan oleh Jack Dorsey itu meningkat 29% (yoy) menjadi 187 juta pengguna per harinya. Total pendapatan twitter pada kuartal ketiga mencapai US$ 936,2 juta. 

Pada kuartal ketiga twitter juga mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 14% (yoy) yang didominasi oleh kenaikan pendapatan dari iklan sebesar 15% dan kenaikan lisensi data sebesar 5% (yoy).

Sementara untuk sang jawara yaitu Amazon, total penjualan produk dan jasa selama kuartal ketiga meningkat 37,4% (yoy) menjadi US$ 96,1 miliar. Pendapatan operasional perusahaan tercatat naik hampir 50% (yoy) menjadi US$ 6,2 miliar.

Kinerja keuangan yang ciamik inilah yang membuat kinerja sahamnya melambung tinggi dan membuat bos pemiliknya menjadi semakin tajir.

Melansir Yahoo Finance, selama pandemi Covid-19 berlangsung kekayaan bos pendiri Facebook Mark Zuckerberg naik 77% menjadi US$ 96,8 miliar atau bertambah US$ 42,1 miliar. 

Sementara untuk pendiri Amazon yang juga merupakan orang terkaya di dunia kekayaannya meningkat US$ 72,6 miliar menjadi US$ 185,6 miliar. 

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular