
Ini Vaksin Booster Terampuh Lawan Omicron, Pfizer & Moderna?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Vaksin Moderna diklaim sebagai vaksin terbaik yang digunakan untuk suntikan dosis ketiga atau vaksin booster. Hal tersebut diungkap dari sebuah studi klinis di Taiwan tentang mix-and-match booster vaksin Covid-19.
Penelitian tersebut dimulai pada Desember tahun lalu di Chang Gung Memorial Hospital.
Chiu Cheng-hsun selaku pemimpin penelitian, mengatakan mereka melibatkan 340 peserta dengan rata-rata usia 35 tahun, yang sebelumnya telah menerima dua dosis vaksin AstraZeneca COVID-19.
Para peserta dibagi menjadi empat kelompok dan diberi dosis penuh vaksin Pfizer-BioNTech, Medigen Taiwan, dan vaksin Moderna atau setengah dosis Moderna.
Penelitian yang baru dipublikasikan kemarin, Kamis (17/3), tidak hanya memadukan merek vaksin tetapi juga teknologi. Karena AstraZeneca adalah vaksin vektor virus, sedangkan Moderna dan Pfizer adalah vaksin messenger RNA dan Medigen adalah vaksin subunit protein.
Setelah 28 hari, ilmuwan menemukan, peserta yang menerima booster Moderna, baik sebagai dosis penuh atau setengah, memiliki tingkat antibodi penetralisir yang lebih tinggi daripada mereka yang mendapatkan booster dengan dua merek lainnya.
Mengutip laman Taipei Times, Jumat (18/3/2022), tingkat antibodi penetral telah meningkat 47,7 kali lipat di antara para penerima Moderna dosis penuh dan 39,8 kali lipat pada mereka yang mendapat setengah dosis Moderna.
Jika dibanding penerima Moderna, tingkat antibodi penetralisir penerima Pfizer sebesar 32,2 kali lipat dan 12,7 kali lipat di antara mereka yang telah menerima booster merek Medigen.
Lebih spesifik lagi, dalam hal menetralkan antibodi terhadap varian Omicron, data menunjukkan peningkatan 86,6 kali lipat pada kelompok penerima Moderna dosis penuh dan peningkatan 81,5 kali lipat antibodi pada kelompok Moderna setengah dosis.
Sedangkan peningkatan 71,1 kali lipat terjadi antara penerima Pfizer, dan 32,9 kali lipat di antara mereka yang telah menerima booster Medigen.
"Antibodi penetral terhadap varian Delta, naik 97,8 kali lipat pada kelompok Moderna dosis penuh, 73,2 kali lipat pada kelompok setengah dosis Moderna, 57,8 kali lipat pada kelompok Pfizer dan 23,8 kali lipat pada kelompok Medigen," kata Chiu.
Penelitian tersebut, juga meneliti perubahan dalam respons imun sel T peserta, yang memainkan peran penting dalam mencegah gejala COVID-19 yang parah.
Ditemukan bahwa respons sel-T pada penerima Moderna dosis penuh naik 4,2 kali lipat, 3,9 kali lipat dengan setengah dosis Moderna, 3,3 kali lipat dengan Medigen, dan 3,1 kali lipat dengan Pfizer.
Dia mengatakan efek samping yang dilaporkan dalam studi booster mix-and-match ini tergolong ringan, dengan hanya 4,6 persen dari penerima Medigen dan 30 persen dari kelompok Moderna mengalami demam.
"Hampir semua penerima Moderna mengalami nyeri pada lengan, sementara 76 persen pada kelompok Medigen mengalami efek samping tersebut," ungkapnya.
Tim peneliti melaporkan temuan yang valid hanya 28 hari setelah peserta menerima suntikan booster. Artinya penelitian tersebut tidak menyertakan data tentang daya tahan perlindungan yang ditawarkan oleh booster.
Chiu mengatakan penelitian serupa di negara lain telah menunjukkan bahwa perlindungan menurun lebih lambat dan tidak terlalu parah setelah suntikan booster daripada setelah dosis vaksin kedua.
"Tim peneliti di CGMH akan terus mengumpulkan data dari para peserta studi di Taiwan." pungkasnya.
(roy/roy) Next Article Simak Rekomendasi WHO Soal Campur Vaksin Covid Buat Booster
