
Jam 'Kiamat' Tak Lagi Bergerak, Kehancuran Bumi Kian Dekat?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Doomsday Clock atau Jam Kiamat tak bergerak pada awal tahun 2022 lalu. Keputusan ini telah diambil panel ahli dalam Buletin Ilmuwan Atom selama tiga tahun berturut-turut menunjukkan 100 detik menuju tengah malam.
Doomsday Clock tak berhubungan dengan ramalan kiamat namun sebagai pengingat untuk ancaman Bumi rusak parah akibat ulah manusia. Tengah malam mengacu Bumi yang mengalami kerusakan parah.
Panel tersebut beralasan keputusan jam itu berkaitan dengan ancaman perang nuklir, perubahan iklim dan penyakit mematikan sepanjang tahun lalu.
"Jam Kiamat masih stabil pada 100 detik hingga tengah malam. Tapi stabil bukanlah kabar baik," kata Sharon Squassoni, profesor Universitas George Washington dan ketua bersama dewan Buletin Atomic Scientists (BAS), dikutip dari The Guardian, Rabu (11/5/2022).
"Faktanya mencerminkan penilaian dewan bahwa kita terjebak dalam momen berbahaya, yang tidak membawa stabilitas maupun keamanan".
Meski begitu, beberapa kasus menunjukkan hal positif dan kestabilan di tahun lalu. Misalnya saja perjanjian pengendalian senjata Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang diperpanjang.
Selain itu ada juga pembicaraan kembali program nuklir Iran. Hal positif juga terlihat dari pemerintah Amerika Serikat (AS) yang percaya soal perubahan iklim dan menjanjikan untuk melakukan tindakan mengurangi emisi global.
Namun dunia juga sedang menghadapi tren investasi yang dilakukan negara besar dalam persenjataan nuklir mereka. Diskusi nuklir Iran juga dinilai tidak ada kemajuan dan tindakan global soal darurat iklim yang dianggap lemah.
Ancaman biologis terkait pandemi Covid-19 juga jadi perhatian. Asha M. George, direktur eksekutif Komisi Bipartisan Bidefense menyebutkan pandemi memaparkan kerentanan manusia pada periistiwa biologi.
Bahkan menurut George, kemungkinan akan ada pandemi lain setelah Covid-19 merebak dalam dua tahun ini berakhir. Ini ancaman dari langkah keamanan tidak memadai dari laboratorium yang bekerja dengan patogen berbahaya dan bahaya atas program senjata biologis.
"Negara di seluruh dunia setidaknya harus memperkuat kemampuan mereka memantau penyakit menular," ungkapnya, dikutip dari Al Jazeera.
"Tidak peduli apa sumbernya, mereka harus berasumsi wabah yang terjadi di negara lain tidak akan tetap ada di sana dalam perbatasan atau wilayah mereka. Dan mereka harus mengambil tindakan luar biasa sekarang sebelum program senjata biologis menghasilkan perang biologis".
(npb/roy) Next Article Merinding! Jam 'Kiamat' Tak Bergerak Jelang Tutup Tahun 2021