²©²ÊÍøÕ¾

Masa Suram Segera Tiba, 'Tsunami' PHK Ancam Startup RI?

Intan Rakhmayanti Dewi, ²©²ÊÍøÕ¾
27 May 2022 14:05
foto : Freepik
Foto: Freepik

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejumlah startup sedang dilanda gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan. Seperti yang dilakukan oleh dua startup ternama di Indonesia yakni Zenius dan LinkAja. Terbaru, perusahaan e-commerce JD.ID dikabarkan juga melakukan tindakan yang sama.

Tak hanya di dalam negeri, badai PHK juga menghantam banyak perusahaan teknologi di Silicon Valley. Bukan cuma startup yang baru dirintis, tetapi juga perusahaan yang sudah berhasil mencapai status unicorn.

Aplikasi investasi Robinhood, misalnya, memangkas sekitar 300 karyawan pada akhir April. CEO Robinhood Vlad Tenev menulis dalam sebuah blog bahwa jumlah karyawan perusahaan tumbuh dari 700 menjadi hampir 3.800 dari 2019 hingga 2021

Paling heboh adalah PHK yang terjadi di perusahaan streaming global, Netflix. Netflix diketahui telah memutus hubungan kerja sekitar 150 pegawai.

Kondisi yang Terjadi

Di tengah badai PHK, perusahaan Modal Ventura, Sequoia Capital meminta para startup untuk berhemat demi kelangsungan hidup. Ini terjadi di tengah merosotnya pasar saham dan ekonomi yang suram. Permintaan itu disampaikan dalam presentasi setebal 52 halaman yang dilaporkan ²©²ÊÍøÕ¾ Internasional.

"Kami percaya ini adalah Momen Crucible. Pertama dan terpenting kita harus mengenali lingkungan yang berubah dan mengubah pola pikir untuk merespons dengan niat daripada penyesalan," isi presentasi tersebut.

Momen Crucible adalah masa-masa sulit di mana yang bisa mengubah perubahan. Pada masa ini startup diharapkan untuk merefleksikan diri dan membuat keputusan besar demi keberlanjutan perusahaan.

Sequoia menyatakan inflasi berkelanjutan dan konflik geopolitik membuat kemampuan solusi kebijakan menjadi terbatas seperti memangkas suku bunga atau pelonggaran kuantitatif.

Mereka mengingatkan bahwa kondisi saat ini berbeda dengan kondisi selama pandemi. Pada periode pandemi, anjloknya perekonomian diikuti oleh pertumbuhan pesat seiring dengan meredanya wabah Covid-19.

"Kali ini banyak dari komponen itu habis. Kami tidak percaya bahwa ini akan jadi koreksi tajam lainnya diikuti pemulihan berbentuk [kurva] V yang sama cepatnya seperti yang dilihat di awal pandemi," kata Sequoia, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ Internasional.

Susah Cari Investor

Beberapa bulan ke depan, startup juga disebut bakal susah mencari investor baru. Menurut Y Combinator (YC), salah satu investor terkemuka Silicon Valley, kinerja saham perusahaan teknologi yang buruk di bursa berdampak signifikan terhadap aktivitas investasi venture capital (VC).

VC akan lebih sulit mengumpulkan uang, sedangkan pihak yang menitipkan modal di VC atau limited partner (LP) akan mengharapkan uang mereka diinvestasikan dengan lebih disiplin.

Dalam situasi seperti ini, VC juga memilih mencadangkan lebih banyak modal untuk mendukung startup berkinerja terbaik yang sahamnya sudah mereka miliki.

Hal ini menyebabkan lebih sedikit persaingan antar-investor untuk ikut serta dalam putaran pendanaan modal startup. Dampaknya, valuasi yang ditawarkan ke founder lebih rendah, nilai pendanaan yang lebih kecil, dan kesepakatan pendanaan pun jumlahnya makin sedikit.

Perlambatan ekonomi ini terutama akan berdampak ke startup dengan skala internasional, bermodal aset fisik besar, margin keuntungan rendah, serta perusahaan lainnya yang butuh modal banyak dan waktu lebih panjang untuk mulai mencetak pendapatan.

"Bagi Anda yang telah memulai perusahaan Anda dalam 5 tahun terakhir, jangan anggap apa yang selama ini Anda alami sebagai kondisi penggalangan dana yang normal," kata YC dalam surat mereka kepada para founder startup.

Sudah Biasa Terjadi

Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Managing Partner Managing Partner Ideosource Venture Capital, Edward Ismawan Chamdani, mengaku tak kaget melihat startup mulai memilih strategi efisiensi lewat PHK karyawan.

Namun, menurutnya keputusan seperti ini merupakan hal yang biasa terjadi. Kejadian ini juga menjadi dampak dari keputusan bisnis yang belum tepat.

"Saya nggak bilang salah, tapi keputusan bisnis dalam arti apakah bisnis modelnya belum tepat atau target marketnya masih salah, atau ada value change yang mereka fokusnya terlalu lebar," ujar Edward kepada ²©²ÊÍøÕ¾.


(roy/roy) Next Article Ramai-ramai Startup PHK Massal, Dana Bakar Duit Habis?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular