Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mungkin tak pernah terpikirkan oleh Dhruv Kapoor dan Ankiti Bose, startup yang didirikannya Zilingo akan bernasib buruk. Perusahaan yang hampir menjadi unicorn itu (valuasi di atas US$1 miliar) sudah berumur 7 tahun dan langkah penyelamatan yang dilakukan tidak membuahkan hasil.
Kapoor dan Bose mendirikan Zilingo tahun 2015 bergerak di marketplace untuk fesyen. Saat awal berdiri, mereka hanya memanfaatkan koneksi internet untuk berbisnis dan akhirnya perusahaan berkembang menjadi mall online di Asia Tenggara.
Perusahaan dinilai sebagai salah satu startup dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Meski berkembang pesat, Zilingo kala itu masih mengejar peluang dengan model business to business (B2B), siapapun yang ingin bermitra dapat menggunakan label sendiri dan terhubung dengan pembeli.
Torehan gemilang Zilingo juga terjadi pada pendanaan terakhirnya tahun 2019. Saat itu Bose dan Kapoor berhasil mendapatkan dana segar US$226 juta dan totalnya menjadi US$308 juta.
Nama-nama besar investor juga menghiasi pendanaan Zilingo tersebut. Selain Sequoia Capital, ada juga Temasek, Burda, Principal Investments, Sofina, serta EDBI yang merupakan investment fund.
Dengan pendanaan itu diperkirakan mendorong valuasi startup tersebut hingga US$970 juta atau hanya sedikit saja mencapai acuan unicorn.
Mimpi besar diucapkan Kapoor saat itu. Pendanaan akan digunakan untuk infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan mengintegrasikan dan mendigitalisasi rantai pasokan fashion.
"Kami berusaha menghubungkan kembali seluruh rantai pasokan dengan produk kami sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi mereka. Zilingo berencana berekspansi di beberapa pasar utama seperti Filipina, Indonesia, serta Australia tahun ini," jelasnya.
Meski begitu, nasib buruk seakan silih berganti menghampiri Zilingo. Bose yang juga menjabat sebagai CEO dipecat pada Mei lalu, keputusan ini tindak lanjut dari hukuman skors yang diterima sebelumnya.
Sebelumnya, Zilingo sedang diselidiki atas dugaan penyimpangan akuntansi untuk rencana penggalangan dana US$150-US$200 juta. Jika itu terjadi maka bisa mendapatkan titel unicorn.
Namun akhirnya Bose yang juga terseret dalam penyelidikan diputuskan untuk dipecat. Bahkan April lalu, Bloomberg menyebutkan Zilingo berdiskusi menggantikan bosnya itu.
"Menyusul penyelidikan yang dipimpin oleh firma forensik independen yang ditugaskan untuk memeriksa keluhan penyimpangan keuangan yang serius, perusahaan memutuskan menghentikan pekerjaan Ankiti Bose dengan alasan, dan berhak melakukan tindakan hukum yang sesuai," kata perusahaan dalam pernyataannya, dikutip dari Economic Times, Mei lalu.
Sementara Bose mengatakan baru mengetahui pemecatan karena alasan pembangkangan dan menyebut belum bertemu dengan penyelidik dari Kroll atau Deloitte. Dirinya juga mengklaim tidak diberi waktu menyediakan dokumen yang diminta.
"Setiap laporan yang keluar setelah pemecatan saya akan dicabut, karena nampaknya diinstruksikan oleh pihak-pihak yang bertikai dan kami akan mengejar hak, sesuai hukum," kata Bose.
Kondisi ini juga diperparah dengan deretan dewan komisaris yang memutuskan mundur. Ada nama Andre Soelistyo, CEO GoTo, bersama dengan Shailendra Singh dari Sequoia Capital India, Xu Wei Yang sEI Temasek Holdings, serta Albert Shyy dari Burda.
Kapoor dan Bose juga akhirnya memutuskan berdamai menyelamatkan perusahaan. Namun sayang opsi likuidasi dan tawaran buyout Kapoor diputuskan diundur.
Dewan direksi dilaporkan sepakat berdiskusi soal buyout. Namun keputusannya baru diambil paling cepat pada Rabu hari ini (22/6/2022).
Tawaran pembelian termasuk komitmen dari investor yang tidak diungkap namanya, untuk memberikan dana US$8 juta secara bertahap. Dalam sebuah proposal juga mengangkat isu soal likuidasi perusahaan di balik Zilingo dan pembentukan perusahaan baru bernama NewCo.
NewCo dilaporkan akan mengambil alih seluruh unit bisnis yang dipegang oleh Zilingo sebelumnya.