
Data Pengguna SIM Card Dibobol, Ini yang Dilakukan Australia

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Australia berencana untuk memperketat aturan privasi yang akan memaksa perusahaan untuk memberitahu pihak bank ketika diretas di dunia maya.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan, aturan ini dibuat setelah peretas menargetkan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di negara itu, demikian dikutip dari Reuters, Senin (26/9/2022).
Optus, yang dimiliki oleh Singapore Telecoms Ltd, mengatakan pekan lalu bahwa alamat rumah, SIM, dan nomor paspor hingga 10 juta pelanggan, atau sekitar 40% dari populasi, termasuk dalam kebocoran data terbesar di Australia.
Alamat IP penyerang, atau pengidentifikasi unik komputer, tampaknya berpindah antar negara di Eropa. Namun, mereka menolak merinci bagaimana kebocoran data terjadi.
Media Australia melaporkan pihak tak dikenal menjual US$ 1 juta dalam cryptocurrency untuk data di forum online, tetapi Optus belum mengomentari keasliannya.
Albanese menyebut insiden itu sebagai "seruan peringatan besar" untuk sektor korporasi, dengan mengatakan ada beberapa aktor negara dan kelompok kriminal yang ingin mengakses data orang.
"Kami ingin memastikan bahwa kami mengubah beberapa ketentuan privasi di sana, sehingga jika orang terjebak seperti ini, bank dapat diberi tahu, sehingga mereka juga dapat melindungi pelanggan mereka," katanya kepada stasiun radio.
Menteri Keamanan Siber Clare O'Neil mengatakan Optus bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut dan di yurisdiksi akan dikenai denda ratusan juta dolar, referensi yang dari undang-undang Eropa yang memberi sanksi perusahaan 4% dari pendapatan global untuk pelanggaran privasi.
"Satu pertanyaan penting adalah apakah persyaratan keamanan siber yang kami tempatkan pada penyedia telekomunikasi besar di negara ini sesuai dengan tujuannya," kata O'Neil kepada parlemen.
Optus mengatakan akan menawarkan pemantauan kredit gratis dan perlindungan identitas kepada pelanggan yang paling terpengaruh dengan agen kredit Equifax Inc selama setahun. Tidak disebutkan berapa banyak pelanggan yang menerima tawaran itu.
Perusahaan telekomunikasi itu sekarang telah memperingatkan semua pelanggan yang SIM atau nomor paspornya dicuri. Rincian pembayaran dan kata sandi akun tidak diungkap.
Australia telah berupaya untuk meningkatkan pertahanan siber dan berjanji pada tahun 2020 untuk membelanjakan A$ 1,66 miliar selama dekade ini untuk memperkuat infrastruktur jaringan perusahaan dan rumah.
(wia) Next Article Catat! Rumus Bikin Password yang Aman untuk Jaga Data Anda