²©²ÊÍøÕ¾

Kaya Raya, PM Inggris Ternyata Menantu 'Steve Jobs' India

Novina Putri Bestari, ²©²ÊÍøÕ¾
25 October 2022 12:30
MUMBAI, INDIA  AUGUST 19, 2005: Infosys chairman Narayan Murthy at BSE on Friday. (Photo by Ritesh Uttamchandani/Hindustan Times via Getty Images).
Foto: Narayan Murthy (Photo by Ritesh Uttamchandani/Hindustan Times via Getty Images).

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perdana Menteri baru Inggris, Rishi Sunak bukan datang dari kalangan biasa aja. Mertuanya ternyata seorang pengusaha kaya dan disebut sebagai Steve Jobs dari India, Narayan Murthy.

Murthy dipuji sebagai bapak dari ledakan IT di India dan menjadi salah satu global teknologi yang sukses. "Jika Steve Jobs untuk AS, Narayan Murthy untuk India," kata Trip Chaudhary dari Global Equity Research, dikutip dari The Independent, Selasa (25/10/2022).

"[Perusahaan IT seperti] Wipro, TCS dan Infosys mengubah citra India, dari negeri pawang ular menjadi tempat yang menyediakan layanan. Mereka telah menempatkan India di peta dunia".

Dia membangun perusahaannya sendiri tahun 1981 dengan modal US$250 bersama enam orang anggota. Cerita ini merupakan kisah favorit keluarga kelas menengah di India.

Murthy menjelaskan awal mula Infosys, perusahaan teknologi yang menyediakan layanan dan konsultasi digital, yakni karena keinginan mendirikan sebuah institusi di India. Karena tak ada pasar di dalam negeri, jadi sejak pertama perusahaan itu sudah melirik pasar ekspor.

"Pada saat itu kami tidak tahu seberapa jauh itu akan berjalan namun kepuasan kami khususnya datang dari bekerja dengan pria dan wanita muda yang cerdas, dan pekerja keras," jelasnya dalam sebuah wawancara yang dikutip India-Seminar.

"Kontrak pertama kami adalah Database di New York. Kami telah bekerja dengan mereka di Patni Computer Systems namun mereka ingin mendirikan grup software sendiri di India".

Namun bisnis itu tak mudah, dia bercerita butuh waktu 15-24 bulan mendapatkan komputer. Didirikan pada tahun 1981, namun perusahaan baru bisa memasang komputer pertama kali pada Februari 1984.

Dia juga mengatakan betapa sulitnya mendapatkan pinjaman, termasuk ditolak oleh beberapa bank. Belum lagi di Bengaluru perusahaannya kesulitan mendapatkan telepon untuk membangun komunikasi dengan para pelanggan.

Saat ditanya soal elite intelektual di Silicon Valley, dia mengatakan pandangannya soal hal tersebut telah berubah. Jika ditanya 20 tahun lalu, dia akan menegaskan orang India tidak harus pergi ke luar negeri.

"Hari ini saya memiliki pandangan yang sama sekali berbeda. Kebutuhan negara saat ini adalah menciptakan ekuitas merek negara yang baik. Itu akan diciptakan oleh orang-orang India berkualitas tinggi dalam jumlah tertentu yang membangun diri di luar negeri. Saya tidak merasa buruk soal hal itu," jelasnya.

Pria 75 tahun itu sekarang telah pensiun dan memiliki saham minoritas di Infosys. Menurut Forbes 100 Richest Indians, kekayaan bersihnya diperkirakan US$2,5 miliar.



Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular