
CoHive Kini Pailit, Dulu Punya Gedung 18 Lantai di Kuningan

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - CoHive harus mengakhiri layanan co-working space mereka setelah dinyatakan pailit oleh pengadilan. Startup ini padahal sempat ekspansi besar-besaran termasuk menguasai gedung 18 lantai di kawasan Mega Kuningan.
PT Evi Asia Tenggara, dengan merek dagang CoHive, startup penyedia ruang kerja berbagi (co-working space), resmi ditetapkan bangkrut alias pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Keputusan pailit CoHive ditetapkan pada 18 Januari 2023 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
"Menyatakan termohon PKPU [PT EVI ASIA TENGGARA] dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan ini diucapkan," tulis pengumuman pailit yang dilihat ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Rabu (1/2/2023).
Dalam pengumuman pailit, Rio Sadrack M. Pantow dan Benny Marnala Pasaribu ditetapkan sebagai tim kurator.
Para kreditur dan aparat pajak diminta untuk menyaksikan sidang perdana pada 1 Februari 2023, sedangkan tagihan bisa diajukan ke tim kurator hingga 9 Februari 2023 pada pukul 17.00 WIB.
CoHive didirikan pada 2015 sebagai proyek internal perusahaan modal ventura East Ventures yang diberi nama EV Hive sebagai lokasi kerja bersama dan komunitas untuk perusahaan rintisan, baik portofolio mereka maupun bukan. EV Hive punya dua lokasi ruang kerja, yaitu di Jakarta Selatan dan BSD.
Pada 2017, proyek tersebut diambil alih oleh Jason Lee, Carlson Lau, dan Ethan Choi yang mengganti namanya menjadi Cocowork yang kemudian diganti lagi menjadi CoHive.
Setelah beralih kepemilikan dan meraih pendanaan seri B antara lain dari Insignia Ventures, CoHive berubah fokus dan berekspansi secara agresif di banyak lokasi dan kota.
Per Desember 2020, CoHive menyatakan mengoperasikan 30 lokasi dengan total luas area mencapai 60.000 meter persegi di Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya.Â
CoHive bahkan menguasai satu gedung di Mega Kuningan yang diberi nama CoHive 101. Diketahui gedung tersebut memiliki tinggi 18 lantai.
Strategi CoHive adalah menawarkan sewa jangka pendek ke penggunanya atas ruang yang mereka sewa dalam jangka panjang. Perusahaan juga berekspansi ke sektor selain co-working yaitu ritel, co-living, dan penyewaan ruang untuk event.
Pada akhir 2020, salah satu investor CoHive, Chris Angkasa kembali mengambil alih kendali sebagai CEO perusahaan. Namun, dalam laman Linkedin pribadinya Chris sudah tidak mencantumkan posisi CEO di CoHive.
(dem) Next Article Bisnis Teknologi Kacau Balau, 153.000 Orang Kena PHK 2022