
Pinjol Ngaku Canggih, Kenapa Kredit Macet Masih Banyak?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tingkat gagal bayar pinjaman online (pinjol) dilaporkan masih tinggi. Padahal, platfom peer-to-peer lending melakukan pengecekan kredit scoring pada tiap calon peminjam alias borrower.
Pandu P. Sjahrir, Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), menjelaskan ada sejumlah faktor fundamental terkait gagal bayar. Mulai dari masalah peminjam hingga itikad baik.
Soal itikad, Pandu menjelaskan teknologi-pun tidak bisa membantu apapun. Sebab hal itu hanya terkait aktivitas keuangan calon penerima pinjaman.
"Sorry to say, teknologi enggak bisa meng-capture itu. Kita cuman bisa lihat cash flow, uang masuk segala, soal akhlak tergantung lah. Teknologi enggak bisa meng-capture akhlak," jelas Pandu ditemui di Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Triyono, Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menambahkan belum akan bisa menghapuskan seluruh gagal bayar. Sudah ada beberapa langkah untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk pengecekan credit scoring dan data sharing di pusat data fintech lending.
"Kita berlomba memitigasi pihak yang berhak masuk ke sistem, fraud detection management," jelas Triyono.
Kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Peneliti Indef, Nailul Huda menjelaskan jika credit scoring memang belum optimal. Menurutnya, data yang ada belum ditunjang dengan transaksi keuangan lainnya.
Data alternatif yang ada juga sudah bagus. Tapi Huda merasa masih kurang.
"Sebenarnya bagus udah mulai menggunakan data alternatif seperti penggunaan gmaps dan lainnya, tapi saya rasa masih kurang. Harapannya ya pelaku innovative credit scoring juga bisa memperoleh akses data keuangan calon borrower. Itu di OJK kewenangannya," ungkap Huda.
(npb/npb) Next Article Jangan Diikuti, 2021 Pernah Ada Orang Pinjam ke 40 Pinjol