²©²ÊÍøÕ¾

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pengenaan tarif atau merchant discount rate (MDR) QRIS sebesar 0,3% untuk usaha mikro dan transaksi lainnya 0,7% akan membantu peningkatan layanan menjadi lebih baik. Salah satunya pedagang bisa menerima uang di hari yang sama selepas transaksi QRIS.

"Kalau 0,3% itu menjadi isu dan harus disesuaikan, bacaannya pada saat yang sama kita pengen mendapat pelayanan yang lebih optimal. Begitu konsumen pakai QRIS, hari itu uangnya juga masuk ke mereka," kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Dicky Kartikoyono dalam bincang bersama media, Rabu (12/7/2023)

Baca: Bulan Depan Bisa Setor & Tarik Tunai Lewat QRIS, Ini Caranya!

Perwujudan hal tersebut, kata Dicky tentu membutuhkan teknologi dan infrastruktur yang memadai. Industri yang terlibat dalam ekosistem itu akan menggunakan dana dari tarif yang dibayarkan oleh merchant.

"Artinya ada teknologi, ada infrastruktur yang membuat transaksi QRIS beres pada hari itu merchant tidak perlu nunggu. Bahasa teknisnya settlement harus H+0," paparnya.

Foto: Qris: Game changer pemabayaran digital. (Dok Bank Indonesia) Qris: Game changer pemabayaran digital. (Dok Bank Indonesia)

Dicky menjelaskan, tarif yang dikenakan itu terbagi atas tiga hal, meliputi investasi, operasional dan standar. Teknologi dan infrastruktur masuk kategori investasi.

Sementara operasional meliputi sumber daya manusia (SDM), penalangan dana, marketing, pemeliharaan, akuisisi merchant dan pengguna, edukasi dan jaringan komunikasi datta serta overhead. Biaya standar mencakup pengembangan dan implementasi.

Foto: Qris: Game changer pemabayaran digital. (Dok Bank Indonesia) Qris: Game changer pemabayaran digital. (Dok Bank Indonesia)

Keseluruhan hal tersebut akan dituntaskan oleh lembaga issuer, lembaga acquirer, lembaga switching, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN).

"Misalkan kondisi geografis kita berat, kita tetap upayakan bisa H+0," terang Dicky.

(mij/mij) Next Article Viral Pemalsuan QRIS di Masjid, BI: Sudah Kami Blokir!