²©²ÊÍøÕ¾

Kasus Covid di Inggris Tiba-tiba Meledak, Bos WHO Buka Suara

Arrijal Rachman, ²©²ÊÍøÕ¾
Minggu, 06/08/2023 17:30 WIB
Foto: Warga mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona saat mereka berjalan melewati toko pakaian H&M di Oxford Street, di London, Kamis (27/1/2022). (AP Photo/Matt Dunham)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kasus penyebaran virus corona atau Covid-19 kembali meledak di Inggris. Penyebabnya adalah varian baru bernama 'Eris' atau subvarian Omicron EG.5.1.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat 5,4 persen dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Sistem Data Mart Pernapasan diidentifikasi sebagai Covid-19 pada pekan lalu. Naik dibandingkan dengan 3,7 persen dari 4.403 laporan sebelumnya.

Dilansir detikhealth, Varian Eris telah diklasifikasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada Juli, setelah prevalensinya tercatat di Inggris dan meningkatnya kasus secara internasional, khususnya di Asia.


"Covid akan terus berubah dan beradaptasi," ucap Dr Simon Clarke, ahli mikrobiologi di Reading University kepada MailOnline, dikutip Minggu (6/8/2023).

berdasarkan catatan UKHSA varian tersebut sudah memiliki pertumbuhan signifikan, hingga 20,5 persen dibandingkan jenis varian maupun subvarian lainnya.

Varian itu menyumbang 14,6 persen kasus, menjadikannya yang paling umum kedua di Inggris. Tingkat pertumbuhan didasarkan pada sampel pengujian positif yang dilakukan di rumah sakit.

"Arcturus Subvarian Omicron atau disebut XBB.1.16, itu adalah varian yang paling dominan, menyebabkan 39,4 persen dari semua kasus," menurut catatan UKHSA.

Kendati begitu, Spesialis penyakit menular, Professor Paul Hunter, menilai masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa Eris, yang secara ilmiah dikenal sebagai EG.5.1, akan mempengaruhi tingkat kesehatan di Inggris.

Meski ia meyakini subvarian itu bisa menjadi dominan di beberapa titik dan mendorong infeksi total, walaupun kemungkinannya tidak secara dramatis.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan meskipun orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi sebelumnya, otoritas negara tidak boleh lengah.

"WHO terus mengimbau orang yang berisiko tinggi untuk memakai masker di tempat ramai, mendapatkan booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi yang memadai di dalam ruangan," ujar Tedros.

"Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk Covid-19," tuturnya.


(pgr/pgr)