
Begini Nasib Startup RI Jika Tak Ada Tech Winter

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tech Winter terjadi sejak tahun lalu di hampir semua negara dunia, termasuk Indonesia. Tech Winter merupakan istilah yang menggambarkan kondisi perusahaan rintisan digital atau startup yang sedang buruk.Â
Salah satunya ditandai dengan banyaknya PHK dan startup yang tutup. Namun apa yang terjadi jika Tech Winter tidak terjadi?
Executive Director Investment Vertex Ventures Southeast Asia dan India, Joshua Agusta, menjelaskan jika Tech Winter tidak terjadi, akan tetap ada 'koreksi' pada beberapa startup. Namun, skalanya akan lebih kecil.
"Jika ini tidak terjadi, beberapa dari mereka masih punya banyak uang. Mereka masih mencoba menempatkan bisnis mereka pada dan hal-hal tertentu. Namun, saya yakin akan ada koreksi kecil pada sektor-sektor tersebut," kata Joshua dalam Fundraising During Tech Winter, Tech in Asia Conference, Rabu (18/10/2023).
Dia menjelaskan banyak startup yang berhasil mengumpulkan banyak uang pada periode 2020-2022. Saat itu, sebagian besar investasi terjadi pada banyak startup.
Pemicunya adalah pandemi Covid-19 terjadi dan membuat pandangan soal kehidupan sehari-hari masyarakat akan berubah. Diperkirakan pekerjaan secara remote akan menjadi hal baru. Perubahan juga akan terjadi pada sektor lain seperti pendidikan maupun pembelian barang.
"Pekerjaan mobile jadi hal baru, pendidikan akan berubah, perilaku berbelanja berubah dan hal-hal seperti itu. Dan investor mungkin berinvestasi saat itu," jelasnya.
Namun, ternyata pasar tidak berubah secepat itu. Penggunaan teknologi tidak bertahan lama dan secara bersamaan perilaku orang ternyata kembali seperti sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Di Indonesia, dia menjelaskan orang-orang mulai kembali ke kegiatan offline. Misalnya bekerja dari kantor, berbelanja secara langsung, hingga jalan-jalan bersama teman.
"Jadi ada ketidaksesuaian dengan ekspektasi," ungkap Joshua.
(npb/npb) Next Article Tech Winter Lanjut, Asosiasi Buka-Bukaan Nasib Startup RI
