
Elon Musk Hampir Putus Asa Sampai Mau Blokir Eropa, Ada Apa?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemilik platform media sosial X (dulu Twitter), Elon Musk mengaku berencana akan menghapus layanan X yang sebelumnya bernama Twitter dari Eropa. Hal ini ia lakukan sebagai tanggapan terhadap peraturan platform internet baru di wilayah tersebut.
Aturan itu mengharuskan raksasa media sosial untuk menyapu bersih konten negatif dan berisi muatan tak akurat dari platform mereka. Jika tak patuh, penyedia platform bisa terkena denda 6% dari total pendapatan di wilayah Eropa.
Komisioner Eropa untuk pasar internal, Thierry Breton, menyurati langsung para bos-bos raksasa teknologi, termasuk Elon Musk. Hal itu menyusul konflik yang pecah di Timur Tengah, antara kelompok Hamas dan Israel.
X dan layanan internet lainnya diduga turut membuat panas situasi yang terjadi karena banyaknya konten sesat tersebar melalui platform mereka.
Dilaporkan Insider, Jumat (20/10/2023), Musk sangat kesal dan frustrasi dengan tuntutan untuk memenuhi aturan Digital Services Act (DSA), kata seorang sumber dalam. DSA adalah payung hukum yang mengawasi ketat peredaran konten online di Eropa
Sumber tersebut mengatakan Musk berencana angkat kaki dari wilayah Eropa, sebab merasa tak bisa memenuhi aturan DSA yang berlaku di pasar tersebut.
Jika benar, hal ini serupa dengan yang dilakukan Meta. Anak aplikasinya yang terbaru, Threads, diblokir dari warga di Eropa.
Kekhawatiran Musk kena denda 6% bukan tak beralasan. Pasalnya, sulit mematuhi aturan DSA ketika mayoritas divisi 'Trust and Safety' di perusahaan yang bertugas memoderasi konten telah di-PHK.
Musk dan perwakilan X tak merespons permintaan untuk mengonfirmasi kabar ini. Kendati begitu, Musk sesumbar di akun X personalnya bahwa laporan Insider salah.
Perwakilan Komisi Eropa juga menolak berkomentar. Namun, dalam peringatan terbaru yang diajukan ke Facebook dan TikTok, tak ada surat yang diberikan ke X.
(dce) Next Article Petinggi Taliban Pilih Twitter, Sebut Threads Anti Toleransi
