
Butuh Uang Cepat, Startup Rp 346 Triliun Obral Saham Diskon 99%

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Byju dulu sempat menjadi salah satu startup "paling mahal." Namun, harga saham perusahaan edtech tersebut terus tergerus karena ditinggal investor. Kini, pendiri Byju rela mendiskon harga saham hingga 99 persen karena BU, butuh uang.
Valuasi Byju, yang bermarkas di India dan beroperasi di Asia Selatan dan Timur Tengah, sempat menyentuh US$ 22 miliar (Rp 346 triliun) pada 2022. Investor saat itu berebut memiliki saham Byju yang pendapatan dan penggunanya meroket di tengah pandemi.
Pendiri Byju yang bernama Byju Raveendran kini sedang mati-matian mencari suntikan modal segar agar perusahaannya bisa terus beroperasi. Ia menggelar right issue dengan target dana senilai US$ 200 juta (sekitar Rp 3,15 triliun) untuk membayar utang dan membiayai biaya operasional.
Demi menarik investor ikut dalam right issue, menurut sumber °Õ±ð³¦³ó°ä°ù³Ü²Ô³¦³ó,ÌýRaveendran menetapkan valuasi Byju "nyaris nol." Jika Byju sukses menggalang dana US$ 200 juta, valuasi Byju setelah pencatatan investor baru ditetapkan senilai US$ 220 juta (Rp 3,46 triliun).
Artinya, valuasi Byju kini hanya 1 persen dari valuasi puncaknya pada 2022.
Pada Senin, Raveendran mengaku kepada para pemegang saham bahwa ia dan pendiri lainnya telah menginvestasikan US$ 1,1 miliar ke Byju dalam 18 bulan terakhir. Ia meminta para investor tetap mendukung Byju agar perusahaan tidak tutup.
"Kita telah memberikan pengorbanan pribadi demi perusahaan ini. Kita menghabiskan hidup kita untuk membangun perusahaan dan percaya penuh atas misinya," kata surat Raveendran kepada para investor yang dikutip oleh TechCrunch.
Kondisi Byju memang berubah 180 derajat hanya dalam setahun. Startup tersebut sebelumnya sempat menggelontorkan US$ 2,5 miliar (Rp 39 triliun) untuk mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan pada 2021 dan 2022.
Byju tercatat telah menggalang dana lebih dari US$ 5 miliar (Rp 78,89 triliun) dalam bentuk ekuitas dan utang dari investor kelas kakap seperti General Atlantic, Silver Lake, Peak XV, Lightspeed, Chan Zuckerberg Initiative, BlackRock, UBS, Prosus Ventures dan B Capital.
"Sudah lebih dari 21 bulan sejak penggalangan dana eksternal terakhir kami. Selama itu kita telah memangkas pengeluaran [burn] dan membentuk organisasi yang lebih ramping," kata Raveendran.
Sebelumnya, beberapa investor kakap telah menarik wakil mereka dari dewan komisaris Byju karena manajemen dinilai tidak mau bekerja sama dalam proses audit.
Dewan komisaris Byju saat ini hanya diisi sang pendiri Byju Raveendran dan keluarganya, yakni Divya Gokulnath (istri) dan Riju Raveendran (adik).
Anggota dewan komisaris Byju yang mundur adalah GV Ravishankar, partner di modal ventura Peak XV Partners yang sebelumnya bernama Sequoia India, Russer Dreisenstock dari Prosus serta Vivian Wu dari Chan Zuckerberg Initiative, yayasan milik pendiri Facebook Mark Zuckerberg dan istrinya Priscilla Chan.
Deloitte, perusahaan konsultan akuntansi yang ditugaskan untuk melakukan audit, mundur karena Byju terus menunda penerbitan laporan keuangan 2011-2022 dan tidak kunjung menyediakan dokumen keuangan yang diminta.
(dem/dem) Next Article Startup Rp 346 Triliun Jeblok, CEO Tolak Dipecat