
Ribuan Orang Tuntut Google Blokir Konten, Ini Biang Keroknya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Jumlah video porno buatan deepfake terus bertambah sejak tahun 2017. Ribuan wanita yang menjadi korban, termasuk para streamer Twitch, pemain game, dan pembuat konten lainnya, mengadu ke Google soal situs web yang meng-hosting video tersebut.
Mereka menuntut Google untuk menghapus video-video porno deepfake dari hasil pencarian di mesin pencariannya.
Analis dari situs WIRED melakukan analisis terhadap klaim hak cipta terkait situs web yang meng-hosting video porno deepfake. Hasilnya menunjukkan ada ribuan permintaan penghapusan yang telah dibuat, dan frekuensi pengaduan pun meningkat.
"Lebih dari 13.000 keluhan hak cipta-mencakup hampir 30.000 URL-telah diajukan ke Google terkait konten di selusin situs web deepfake paling populer," tulis laporan tersebut, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ pada Rabu (13/3/2024).
Keluhan para korban dibuat berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta Media Digital (DMCA), yang telah mengakibatkan ribuan video non-konsensual dihapus dari web.
Dua dari situs video deepfake paling populer telah menerima lebih dari 6.000 dan 4.000 protes, berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Google dan database Lumen Universitas Harvard. Dari semua platform deepfake yang dianalisis, sekitar 82 persen keluhan mengakibatkan URL dihapus dari Google.
WIRED tidak menyebutkan nama situs web tertentu untuk membatasi paparan yang mereka terima. Namun, para pengacara dan perusahaan yang memerangi deepfake secara online, termasuk yang mengajukan keluhan DMCA secara sistematis, mengatakan bahwa jumlah keluhan hak cipta dan tingginya persentase penghapusan adalah tanda bahwa Google harus mengambil tindakan lebih banyak terhadap situs web tertentu. Hal ini termasuk menghapusnya dari hasil pencarian sepenuhnya.
"Jika satu-satunya tujuan situs web ini adalah untuk menyalahgunakan dan memanipulasi pribadi seseorang, atau merampas otonomi seseorang, atau menjadi ajang pornografi balas dendam, maka situs tersebut tidak seharusnya berada di sana," kata Dan Purcell, pendiri dan CEO Ceartas, sebuah perusahaan yang membantu pembuat konten menghapus kontennya jika digunakan tanpa izin.
Untuk situs video deepfake terbesar saja, Google telah menerima permintaan penghapusan 12.600 URL, 88 persen di antaranya telah offline.
Purcell mengatakan, mengingat banyaknya konten deepfake yang menyinggung perusahaan teknologi tersebut harus memeriksa mengapa situs tersebut masih ada dalam hasil pencarian.
"Jika Anda menghapus 12.000 tautan karena pelanggaran, mengapa tautan tersebut tidak dihapus sepenuhnya?" katanya.
Dia menambahkan bahwa mesin pencarian seperti Google tak bolej "dirayapi" situs-situs tersebut karena bukan untuk kepentingan umum.
(fab/fab) Next Article Marak Iklan Pencuri Data, Google Janji Blokir Total
