²©²ÊÍøÕ¾

Panas, China Pilih Tutup TikTok daripada Dijual ke Amerika

Intan Rakhmayanti Dewi, ²©²ÊÍøÕ¾
29 April 2024 07:45
Rep. Jamaal Bowman, D-N.Y., bergabung dengan pendukung aplikasi populer, memimpin unjuk rasa untuk membela TikTok di Capitol di Washington, Rabu, 22 Maret 2023. (AP/J. Scott Applewhite)
Foto: Rep. Jamaal Bowman, D-N.Y., bergabung dengan pendukung aplikasi populer, memimpin unjuk rasa untuk membela TikTok di Capitol di Washington, Rabu, 22 Maret 2023. (AP/J. Scott Applewhite)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - ByteDance, perusahaan induk Tiktok di China, memilih menutup aplikasi TikTok daripada harus menjualnya ke perusahaan Amerika Serikat (AS).

Langkah ini akan diambil jika TikTok gagal menggugat undang-undang di AS yang memaksa divestasi perusahaan.

Empat sumber Reuters di AS menyatakan ByteDance tidak akan menjual TikTok. Alasannya, algoritma TikTok dinilai terlalu penting untuk seluruh bisnis ByteDance, demikian dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ dari Reuters, Senin (29/4/2024).

TikTok hanya menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan dan jumlah pengguna ByteDance. Oleh karena itu, menutup TikTok di Amerika Serikat dinilai lebih baik daripada menjual aplikasi tersebut ke perusahaan Amerika Serikat.

ByteDance juga telah merilis pernyataan di Toutiao, salah satu platform media sosial miliknya, bahwa mereka tidak punya rencana untuk menjual TikTok. Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah The Information melaporkan bahwa ByteDance mempertimbangkan menjual bisnis TikTok tanpa algoritmanya.

CEO TikTok Shou Zi Chew sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka yakin bisa memenangi gugatan untuk membatalkan UU yang ditandatangani Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada awal pekan ini.

Biden langsung menandatangani UU tersebut setelah rancangannya disepakati oleh dua badan legislatif di AS yaitu Senat dan DPR. Para politisi AS sepakat untuk memaksa TikTok dijual atau diblokir dengan alasan demi melindungi data warga AS dari pemerintah China.

Biden memberikan tenggat 19 Januari 2024 untuk penjualan TikTok. Jika TikTok tidak dijual oleh pemilik China-nya pada waktu tersebut, toko aplikasi App Store dan Play Store dilarang menyediakan aplikasi TikTok di seluruh AS.

Antre beli TikTok

Harga jual TikTok diperkirakan mencapai US$ 100 miliar (Rp 1.621 triliun). Harganya cukup rendah dibandingkan dengan angka penjualan TikTok di AS. Tahun lalu, layanan tersebut menghasilkan US$ 16 miliar (Rp 259 triliun).

Namun diramalkan akan ada banyak masalah yang harus dihadapi rancangan undang-undang tersebut. Salah satunya, China kemungkinan akan melawan aturan tersebut. Pemerintah Xi Jinping dipastikan akan memblokir kesepakatan apapun yang dibuat AS.

Induk Usaha TikTok, BytedanceFoto: REUTERS/Stringer
Induk Usaha TikTok, Bytedance

Selain itu, Tiktok juga diramal tak bisa memenuhi tenggat waktu penjualan. "Seperti yang bisa kami katakan dalam bisnis, jumlah hambatan dalam transaksi ini sangat ekstrem," kata mantan mitra merger dan akuisisi di firma hukum Shearman & Sterling Lee Edwards, dikutip dari Washington Post.

"Untuk menyelesaikan kesepakatan sebesar dan kompleksitas ini hanya dalam waktu setengah tahun, termasuk meloloskan tinjauan peraturan apa pun yang mungkin diperlukan di negara-negara di seluruh dunia, akan menjadi hal yang sangat cepat dan agresif," tambahnya.

Namun demikian, melihat potensi dari TikTok banyak pihak yang siap untuk mengakuisisi aplikasi populer itu.

Mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, mengatakan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ Internasional pekan lalu bahwa dia sedang mengumpulkan sekelompok investor yang mau untuk membeli TikTok.

WASHINGTON, DC - MARCH 23: TikTok CEO Shou Zi Chew (L) talks with his company's Vice President for Public Policy Michael Beckerman (C) during a break in Chew's testimony before the House Energy and Commerce Committee in the Rayburn House Office Building on Capitol Hill on March 23, 2023 in Washington, DC. The hearing was a rare opportunity for lawmakers to question the leader of the short-form social media video app about the company's relationship with its Chinese owner, ByteDance, and how they handle users' sensitive personal data. Some local, state and federal government agencies have been banning use of TikTok by employees, citing concerns about national security.  (Photo by Chip Somodevilla/Getty Images)Foto: Getty Images/Chip Somodevilla

Sementara Bobby Kotick, mantan kepala raksasa video game Activision Blizzard, dan Kevin O'Leary, investor Kanada dari acara TV "Shark Tank," keduanya telah menyatakan minatnya pada kesepakatan TikTok. Namun mereka mungkin tidak mempunyai uang untuk melakukan pengambilalihan secara serius, dan mengumpulkan dana mereka sebagai bagian dari konsorsium investasi akan menimbulkan masalah baru lagi.

"Dengan konsorsium, Anda tidak akan pernah tahu apakah seseorang benar-benar terlibat atau tidak sampai hal tersebut berakhir," kata Locala. "Semakin banyak pihak yang Anda perkenalkan, semakin sulit untuk mencapai kemajuan." terangnya.


(dem/dem) Next Article Sah! TikTok Wajib Lepas dari China atau Diblokir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular