
Bukti AS Butuh China, Joe Biden Jangan Asal Blokir

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham raksasa chip mobile asal Amerika Serikat (AS), Qualcomm, melejit 10% pada perdagangan Kamis (2/5) waktu setempat. Hal tersebut menyusul laporan dari Qualcomm yang mengindikasikan pasar HP berbasis AI akan makin ramai tahun ini.
Saham Qualcomm saat ini berada di angka US$ 180,10 per lembar. Angka itu naik hampir 60% secara tahun-ke-tahun (yoy).
Qualcomm mengatakan pemesanan dari pabrikan HP China melonjak 40% pada paruh pertama tahun fiskal perusahaan. Hal ini membuktikan raksasa teknologi AS membutuhkan industri China untuk menopang bisnisnya.
"Vendor China yang biasanya mengandalkan MediaTek, kini mulai melirik chip premium dari Qualcomm karena mereka ingin menggenjot perkembangan AI," kata analis IDC, Nabila Popal, dikutip dari Reuters, Jumat (3/5/2024).
"Hal ini menjadi angin segar bagi Qualcomm setelah anjlok selama dua tahun belakangan. Pertumbuhan Qualcomm sangat tergantung pada pabrikan HP China," ia menambahkan.
Penjualan Qualcomm yang di atas ekspektasi pasar juga disebabkan segmen Internet of Things (IoT) yang makin meluas.
Di tengah laporan tersebut, hubungan geopolitik China dan AS sejatinya tidak sedang baik-baik saja. Kedua negara berlomba-lomba mendominasi pasar AI dan saling blokir teknologi satu sama lain.
AS gencar memblokir akses China terhadap teknologi chip dan mesin chip canggih. Namun, hal ini dikhawatirkan justru jadi senjata makan tuan bagi AS.
Sebab, China perlahan sudah mengembangkan kemandiriannya untuk menciptakan chip premium di dalam negeri. Di lain sisi, AS sejatinya membutuhkan klien-klien besar dari China untuk pertumbuhan bisnis teknologi di negaranya.
(fab/fab) Next Article Joe Biden Blokir Segalanya, China Makin Tersudut
