²©²ÊÍøÕ¾

Jakarta Hujan Terus di Musim Kemarau, BMKG Ungkap Sampai Kapan

Intan Rakhmayanti Dewi, ²©²ÊÍøÕ¾
08 July 2024 07:50
Ilustrasi hujan (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi hujan (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â - Sepanjang akhir pekan lalu, wilayah Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan deras. Padahal seharusnya bulan Juli ini masih masuk dalam musim kemarau.

BMKG menjelaskan hal tersebut pada laporan Prospek Cuaca Mingguan Periode 2-8 Juli bertajuk "Kemarau tidak selalu kering: hujan masih berpotensi di musim kemarau".

Diperkirakan Jakarta tetap akan hujan dalam beberapa hari ke depan. BMKG menyebut potensi hujan adalah dalam intensitas sedang-lebat dengan kilat/petir dan angin kencang.

Beberapa wilayah lain dengan kondisi serupa adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Aceh hingga Riau dan Kep. Riau akan mengalami potensi hujan dalam intensitas sedang - lebat.

Sementara, beberapa daerah akan berpotensi mengalami angin kencang. Ini mulai dari Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Selatan

Dalam laporan tersebut, BMKG mengatakan adanya kondisi dinamis cuaca di tanah air, yang bisa menjadi pengingat masyarakat agar tetap waspada pada perubahan cuaca yang cepat.

"Walaupun beberapa wilayah di Indonesia sebagian sudah memasuki musim kemarau, masyarakat masih perlu waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih terjadi di beberapa wilayah seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ujar BMKG dalam laporan tersebut, dikutip Senin (8/7/2024).

Menurut BMKG, ada beberapa alasan yang memicu peningkatan curah hujan di Indonesia. Salah satunya terkait gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang berada pada fase 3 (Samudra Hindia) dan membuat pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Selain itu ada juga aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial. Ini terjadi di Sumatra, Kalimantan, Jawa, NTB, NTT, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Selatan.

Gelombang Kelvin yang menjadi penyebab juga terjadi di Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Berikutnya adalah sirkulasi siklonik yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin dan pertemuan angin lalu membentuk awan hujan, yang terjadi di Selat Makassar Barat dari Sulawesi Barat.


(dem/dem) Next Article Jakarta Adem Habis Panas Mendidih, Ahli BRIN Ramal Sampai Kapan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular