
Presiden Prancis Blak-blakan Alasan Bos Telegram Ditangkap

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Prancis Emannuel Macron akhirnya buka suara terkait penangkapan CEO Telegram Pavel Durov pada Sabtu (24/8) malam waktu setempat, saat mendarat di bandara Le Bourget, dekat Paris.
Macron mengatakan tak ada motif politik di balik penangkapan tersebut. Ia menegaskan Prancis tetap berkomitmen untuk menjunjung tinggi kebebasan berpendapat.
"Penangkapan CEO Telegram di teritori Prancis merupakan bagian dari investigasi yang tengah berlangsung," kata Macron di akun X personalnya.
"Ini bukan keputusan politik. Hakim yang akan memutuskan," ia menambahkan.
Jaksa Paris, Laure Beccuau, mengatakan Durov ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan atas dugaan beberapa tindak kriminal. Antara lain, menjalankan platform yang mengizinkan transaksi mencurigakan, pornografi anak, peredaran narkoba, dan penipuan.
Selain itu, Telegram juga dinilai tidak kooperatif dalam berkomunikasi dengan otoritas setempat, dugaan pencucian uang, hingga menyediakan layanan kriptografi untuk para kriminal, dikutip dari Reuters, Selasa (27/8/2024).
Lebih lanjut, disebutkan Durov akan ditahan hingga Rabu (28/8/2024) besok waktu setempat.
Sebagai informasi, ketegangan antara Prancis dan Rusia telah berlangsung selama beberapa bulan.
Prancis menuduh Rusia berupaya mengacaukan Olimpiade Paris karena sikap pemerintah yang lebih keras menentang invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini dibantah Rusia.
Durov sendiri merupakan miliarder berusia 39 tahun yang disebut-sebut sebagai 'Mark Zuckerberg Rusia'. Ia memiliki dua kewarganegaraan, yakni Prancis dan Uni Arab Emirat (UAE).
Ia meninggalkan Rusia pada 2014 setelah menolak tekanan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di paltform ciptaannya.
Durov selama ini dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan keamanan privasi pengguna.
Forbes mengestimasikan kekayaannya tembus US$ 15,5 miliar atau setara Rp 240 triliun.
(fab/fab) Next Article Elon Musk Turun Tangan Usai CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap
