²©²ÊÍøÕ¾

Manusia Rp 1.700 T Terancam Makin Miskin, Ini Penyebabnya

Redaksi, ²©²ÊÍøÕ¾
27 August 2024 17:05
CEO Jensen Huang saat menjadi pembicara utama Nvidia GTC di San Jose, California, Senin, 18 Maret 2024. (AP Photo/Eric Risberg)
Foto: CEO Jensen Huang saat menjadi pembicara utama Nvidia GTC di San Jose, California, Senin, 18 Maret 2024. (AP/Eric Risberg)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Jensen Huang tercatat sebagai orang terkaya ke-13 di dunia dengan harta kekayaan US$ 110,5 miliar atau setara Rp 1.713 triliun.

Harta kekayaan itu turun 2,22% atau terpangkas sebesar US$ 2,5 miliar (Rp 38 triliun) per Selasa (27/8/2024), menurut laporan Forbes.

Jensen Huang meraup kekayaannya dari Nvidia, perusahaan chip AI yang ia dirikan dan mendominasi industri saat ini. Namun, kejayaan sang 'manusia Rp 1.713 triliun' terancam goyah.

Nasibnya akan ditentukan pada laporan kinerja kuartal kedua (Q2) 2024 Nvidia yang dijadwalkan pada Rabu (28/8/2024) besok waktu setempat.

Nvidia dilaporkan akan mencatat pendapatan dobel di Q2 2024. Namun, investor sudah terbiasa dengan kinerja bombastis dan berharap performa lebih dari bisnis yang didorong chip AI.

Benar atau melesetnya ekspektasi Wall Street dapat memicu atau menghancurkan industri AI pada hari Kamis (29/8/2024), sehari setelah Nvidia melaporkan pendapatan untuk periode Mei-Juli.

Sepanjang tahun ini, saham Nvidia sudah meroket lebih dari 150% atau menambah nilai pasar perusahaan sebesar US$ 1,82 triliun. Namun pada Senin (26/8) kemarin, sahamnya turun 2,2%.

Para raksasa teknologi seperti Microsoft telah menggelontorkan banyak uang untuk membangun infrastruktur AI sendiri. Mereka membeli GPU canggih Nvidia untuk proses komputasi AI.

Nvidia diprediksi akan mencatat pertumbuhan tahunan 112% pada Q2 2024 dengan meraup pendapatan US$ 28,68 miliar, menurut LSEG.

Namun, margin kotor yang disesuaikan kemungkinan turun 3 basis poin ke 75,8% dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini dipicu beban biaya produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang tumbuh signifikan.

"Mereka [Nvidia] tak hanya menjadi benchmark pada chip, tetapi juga benchmark AI secara keseluruhan," kata Daniel Morgan, senior portfolio manager di Synovus Trust, yang memiliki saham di beberapa raksasa teknologi, termasuk Nvidia.

"Jika Nvidia meleset, [investor] akan menjual saham mereka dari semua perusahaan AI," kata Morgan, dikutip dari Reuters, Selasa (27/8/2024).

Beberapa investor mulai khawatir dengan kemampuan Nvidia dalam memenuhi ekspektasi investor. Selain itu, kencangnya pengeluaran raksasa teknologi ke AI yang disokong Nvidia juga memicu kecemasan di industri teknologi secara keseluruhan.

Kekhawatiran ini memicu penurunan saham Nvidia sebesar 20% dari Juli hingga awal Agustus. Kendati demikian, pemulihan belakangan ini membuat harga saham Nvidia hanya turun 5% dari rekor tertingginya pada Juni lalu.

Isu selanjutnya terkait Nvidia adalah potensi penundaan produksi chip Blackwell AI generasi selanjutnya. Huang mengatakan pada Mei lalu bahwa chip itu akan tersedia pada Q2 2024.

Namun, analis mengatakan permasalahan desain bisa membuat produksinya terhampat.

Artinya, pertumbuhan pendapatan Nvidia yang signifikan bisa ikut tertunda hingga semester pertama tahun depan, menurut kelompok riset SemiAnalysis.

Margin juga bisa berkurang jika kontraktor chip Nvidia, TSMC, menaikkan harga. Potensi ini sudah diindikasikan perusahaan asal Taiwan itu beberapa saat lalu.

Data LSEG mengatakan Nvidia sepertinya bisa menumbuhkan pendapatan Q3 2024 hingga 75% menjadi US$ 31,69 miliar. Jika benar, ini akan mengakhiri pertumbuhan tiga digit Nvidia selama lima kuartal berturut-turut.

Hal ini juga merefleksikan pertumbuhan bisnis yang mulai redup dibandingkan tahun lalu, di kala Nvidia mencatat pertumbuhan 206% menjadi US$ 18,12 miliar.

Sepanjang tiga kuartal berturut-turut, Nvidia selalu mencatat pertumbuhan lebih dari 200%.

"Kita menghadapi hukum angka besar. Sekali perusahaan mencapai angka tertentu, mereka akan susah mempertahankan pertumbuhannya," kata Michael Schulman, chief investment officer di Running Point Capital.


Di tengah huru-hara tersebut, Nvidia juga menghadapi kasus dugaan anti-monopoli. Regulator AS tengah menyelidiki apakah Nvidia menekan beberapa penyedia cloud untuk membeli produknya dalam jumlah besar.

Selain itu, apakah Nvidia berupaya menggabungkan (bundle) peralatan jaringannya dengan chip AI untuk memonopoli pasar.

Jika kecemasan investor dan kasus anti-monopoli Nvidia terus berlanjut, bukan tak mungkin sahamnya terdampak. Jika sudah begitu, kekayaan Huang pun akan turut terpengaruh.


(fab/fab) Next Article Sosok Orang Terkaya Baru Pengganti Elon Musk, Penggemarnya Membludak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular