
Benarkah Painkiller Lebih Ampuh di Pria Dibanding Wanita?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Tubuh pria dan wanita berbeda secara fisiologis, mulai dari tingkat hormon hingga proses molekuler. Karena perbedaan ini pula, tubuh pria dan wanita menunjukkan respons yang berbeda ketika mengonsumsi obat penawar sakit atau painkiller.Ìý
Mengutip Medical News Today, beberapa penelitian telah menemukan bahwa painkiller cenderung lebih ampuh dalam mengurangi rasa sakit pada pria dibanding wanita. Ini terjadi karena pria dan wanita merasakan level sakit yang berbeda di tubuh mereka.Ìý
Dr. Meera Kirpekar, asisten profesor klinis anestesiologi, perawatan perioperatif, dan obat nyeri di NYU Langone, menjelaskan bahwa pada dasarnya ada perbedaan sinyal rasa sakit di otak dan sumsum tulang belakang manusia. Lalu, apa yang membuat pria dan wanita merasakan sakit yang berbeda? Menurut Dr. Kirpekar, ada sejumlah teori yang menjelaskan hal tersebut. Salah satunya menyebut bahwa perbedaan ini terjadi karena berkaitan dengan estrogen, hormon yang mengontrol perkembangan rahim, ovarium, payudara, dan mengatur menstruasi.
"Tergantung di mana estrogen itu berada dan berapa banyak jumlahnya, estrogen bisa memperburuk rasa sakit atau meredakannya," ujarnya, dikutip dari Medical News Today.
Kemudian, ada juga testosteron, yaitu hormon yang terlibat dalam pengembangan penis, testis, dan prostat. Hormon tersebut dapat menghilangkan rasa sakit. Karena itu, sejumlah pasien dengan nyeri kronis terkadang direkomendasikan menjalani perawatan testosteron.
Inilah kenapa rasa sakit yang diderita wanita lebih parah karena kadar estrogen mereka yang tinggi. Sementara pria dengan testosteron rendah masih dapat memproses rasa sakit dengan cara yang sama seperti wanita.
"Perbedaan kedua terletak [di] sel kekebalan yang disebut mikroglia," lanjutnya menjelaskan.
Microglia pada dasarnya adalah sel kekebalan otak. Teorinya adalah, ketika mikroglia tersumbat pada pria, rasa sakit juga tersumbat. Tapi kondisi serupa tidak terjadi di tubuh wanita. Mengapa?
"Wanita menggunakan sel kekebalan yang disebut sel T, bukan mikroglia, untuk mengontrol respons rasa sakit mereka. [Namun], wanita yang tidak memiliki banyak sel T justru memproses rasa sakit seperti pria," papar Dr. Kirpekar.
Teori terakhir berkaitan dengan asam ribonukleat (RNA). RNA adalah materi genetik yang membawa pesan dalam tubuh kita.
"Wanita memiliki tingkat RNA yang lebih tinggi dalam aliran darah dibandingkan dengan pria," jelasnya.Ìý
(hsy/hsy) Next Article 6 Obat Alami Redakan Cenat-Cenut Saat Terkena Sakit Gigi