Sejarah Keracunan Dietilen Glikol, dari Indonesia sampai AS

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejumlah jenis obat yang sering diminum oleh balita ditemukan mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Kandungan tersebut bisa berbahaya apabila melebihi ambang batas aman.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengeluarkan surat edaran terkait pelarangan memberikan resep obat sirup atau cair kepada tenaga medis. Larangan ini berlaku sampai ada pengumuman resmi dari pemerintah.
Dikutip dari laman resmi Universitas Padjadjaran (Unpad), Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad Prof apt Muchtaridi, menjelaskan etilen glikol dan dietilen glikol merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap digunakan untuk pelarut obat. Biasanya digunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietilen glikol.
²Ñ±ð²Ô³Ü°ù³Ü³ÙÌýBadan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, sesuai acuan Farmakope dan standar baku nasional yang diakui, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari.
Catatan sejarah keracunan diatilen glikol
Ternyata DEG merupakan salah satu bahan kimia yang punya sejarah panjang dalam memicu kasus keracunan. Yang pertama terjadi pada tahun 1937 silam di Amerika Serikat, yang dikenal sebagai 'bencana sulfanilamide-Massengil'. Kala itu, DEG digunakan dalam ramuan sulfanilamide atau obat antibiotik. Lebih dari 100 orang meninggal dunia, dan sepertiga korban merupakan anak-anak.
Sejak itu, kasus keracunan massal DEG tercatat di sejumlah negara lain. Berikut di antaranya:
1937 - Amerika Serikat - sulfanilamide
1969 - Afrika Selatan - obat penenang
1986 - India - gliserin
1990 - Nigeria - paracetamol
1990 - Bangladesh - paracetamol
1992 - Argentina - sirup propolis
1995 - Haiti - paracetamol
1998 - India - obat batuk ekspektoran
1998 - India - paracetamol
2006 - Panama - obat batuk
2008 - Nigeria - obat analgesik
Baru-baru ini, kasus keracunan yang diduga karena cemaran DEG terjadi di Gambia dan Indonesia. Di Gambia, sebanyak 70 pasien anak dilaporkan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut setelah mengonsumsi obat paracetamol sirop.
Sementara di Indonesia, tercatat sebanyak 206 kasus gagal ginjal akut per Selasa (18/10/2022), dengan 99 di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Hasil pengujian ditemukan adanya kandungan DEG bersama dua senyawa berbahaya lainnya dalam obat sirop yang sempat dikonsumsi pasien gagal ginjal akut.
(hsy/hsy) Next Article Biji Buah Bisa Berbahaya Jika Tertelan, Ini Penjelasannya
