
Nasib Kaum Yahudi-Arab di Israel: Bayi Diculik & Hidup Susah

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Meski sudah berusia hampir 1 abad, ingatan Tamar Maatuf masih kuat soal kejadian buruk yang menimpanya pada tahun 1950-an. Kala itu, dia baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat tanpa kekurangan sedikit pun.
Rasa bahagia jelas menyelimuti hati Maatuf hari itu. Dia tak sabar untuk melihat dan menyusui anaknya. Namun, beberapa jam kemudian, petugas kesehatan datang kepadanya untuk memberi kabar kalau anaknya sakit, sehingga harus dipisahkan.
Sebagai seorang ibu, dia manut dan percaya begitu saja. Toh, itu buat kebaikan anaknya.
Hari demi hari berlalu, Maatuf merasa heran karena anaknya masih sakit. Dia pun datang ke rumah sakit dan diberi kabar kalau anaknya meninggal. Setelahnya, dia ikhlas dan menjalani hidup seperti biasa.
Hingga akhirnya, berpuluh-puluh tahun kemudian Maatuf baru sadar kalau anaknya tidaklah meninggal. Rupanya ada ratusan ibu lain yang punya cerita sama. Ibu-ibu ini berasal dari Yahudi Mizrahi yang kerap mengalami diskriminasi. Alhasil, mereka menyimpulkan kalau anaknya telah diculik pemerintah.
"Hati saya hancur. Saya berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberkati saya dengan anak-anak, tetapi ada satu anak yang tidak akan pernah saya lupakan," kata Maatuf, dikutip dari Al Jazeera.
Kaum Yahudi Mizrahi
![]() Ilustrasi orang Yahudi (AP Photo/Ariel Schalit) |
Kasus penculikan bayi pada tahun 1950-an adalah satu dari diskriminasi yang menimpa Yahudi Mizrahi. Sebagai catatan, Yahudi Mizrahi adalah diaspora Yahudi yang berasal dari negara-negara Arab berpenduduk mayoritas Islam.
Atas dasar inilah, mereka dinamai Mizrahi yang dalam bahasa Ibrani berarti "orang-orang dari Timur", merujuk negara asalnya, seperti Maroko, Iran, Irak, Tunisia, Suriah, Mesir dan sebagainya.Â
Mereka datang sesaat setelah Davin ben-Gurion memproklamirkan negara Israel pada 1948. Pemicunya adalah tragedi pengusiran paksa dari Tanah Arab karena meningkatnya sentimen anti-Yahudi imbas pendirian Israel. Jadi, akibat desakan itu mereka lantas kembali ke 'tanah yang dijanjikan.'
Sayangnya, menurut Susan Abulhawa di Al Jazeera, orang-orang Yahudi ini tidak diterima oleh mayoritas warga. Alasannya simpel: hanya karena mereka berasal dari Arab.
"Orang-orang Yahudi-Arab (Mizrahi) dipandang sebagai orang yang tidak lengkap, biadab, kotor dan tidak beradab," tulis Susan.
Dalam laku keseharian, orang Mizrahi yang pada awalnya berjumlah puluhan ribu memang kerap berbicara bahasa Arab. Namun, mereka juga bertingkah laku seperti orang Yahudi pada umumnya. Meski begitu tetap saja mereka dianggap berbeda kelas oleh masyarakat.
Bahkan, pendiri Israel Davin ben-Gurion saja memiliki sentimen terhadap kaum ini. Mengutip +972, pada 1959 Gurion pernah menyebut kaum Yahudi Mizrahi sebagai primitif.Â
Akibatnya, ada jurang pemisah antara Mizrahi dan kaum Yahudi lain, salah satunya Yahudi Ashkenazi yang berasal dari negara Eropa. Yahudi Mizrahi hidupnya lebih sengsara. Mereka sulit bersekolah dan tak mendapatkan akses ekonomi yang layak. Termasuk juga menjadi korban penculikan bayi.
![]() |
Soal ini majalah Israel +972 menyebut penculikan secara sengaja dilakukan pemerintah Israel. Mereka menculik bayi-bayi dari kaum Yahudi Mizrahi karena mereka tak ingin identitas Arab melekat di antara mereka dan terus berlangsung lintas generasi.Â
Jadi, ini semacam upaya penghapusan identitas. Bayi-bayi yang lahir dari rahim Mizrahi kemudian diculik untuk diasuh oleh keluarga Yahudi lain.
Tercatat ada ribuan kasus penculikan bayi. Sampai sekarang, para ibu korban yang kini berusia senja sedang berupaya meminta penjelasan kepada pemerintah soal kemana larinya anak-anak mereka.
Kabar baiknya, di masa kini diskriminasi terhadap Yahudi Mizrahi sudah mulai pudar. Menurut Guru Besar The Hebrew University of Jerusalem, Momi Dahan, jurang pemisah itu mulai menghilang.Â
"Di banyak wilayah, kesenjangan antara Yahudi keturunan Amerika atau Eropa (Ashkenazi) dan keturunan Asia atau Afrika (Mizrahi) telah dihilangkan atau dikurangi secara signifikan," kata Prof. Momi Dahan kepada The Jerussalem Post.
Di tingkat pemerintah, kesenjangan itu juga mulai hilang. Sudah banyak para pejabat negara yang keturunan Mizrahi. Artinya, perlahan tapi pasti, diskriminasi rasial di kalangan Yahudi mulai terkikis.
(mfa/mfa) Next Article 10 Negara dengan Penganut Yahudi Terbesar Dunia, No.1 Amerika