²©²ÊÍøÕ¾

Alasan Inggris Menjajah 90% Negara di Dunia, Termasuk Indonesia

Rindi Salsabilla, ²©²ÊÍøÕ¾
17 January 2024 10:40
Employees pose as they view a dessert course menu setting on display in the State Dining Room as part of a special exhibition celebrating the 200th anniversary of the birth of Queen Victoria which marks this year's Summer Opening of Buckingham Palace in London, Britain, July 17, 2019. REUTERS/Toby Melville
Foto: Kerajaan Inggris (REUTERS/Toby Melville)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kerajaan Inggris (British Empire) adalah salah satu negara yang paling banyak menjajah wilayah lain di dunia menurut catatan sejarah. Menurut studi, sekitar 90 persen negara di dunia pernah dijajah Inggris.

Amerika Serikat, Australia, India, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Afghanistan, hingga Indonesia adalah beberapa negara bekas koloni Inggris. Berkat ekspansi tersebut, National Geographic menyebut bahwa pada 1922 Inggris menjadi kekaisaran terbesar di dunia.

Sebenarnya, apa alasan Inggris menjajah banyak negara di dunia?

Mengutip buku British Imperialism oleh Robert Johnson, kolonisasi Inggris didorong oleh beberapa faktor. Pada awalnya, para penjajah dianggap sebagai pemasok produk utama. Sebagai contoh, di wilayah Amerika Utara yang dikuasai Inggris, kayu dan bulu diekspor sebagai imbalan atas barang-barang manufaktur.

Filsuf ekonom asal Inggris, John Stuart Mill menganggap bahwa penjajahan adalah cara untuk membuat Inggris memiliki sumber makanan yang lebih murah. Caranya dengan mendirikan pos-pos terdepan di daerah pedalaman serta pencarian bahan mentah dan mineral.

Inggris lalu mendirikan benteng-benteng pertahanan untuk menghalau penduduk asli yang tidak ramah atau saingan asing. Benteng-benteng tersebut memberikan keamanan dan pemukiman-pemukiman baru muncul di sekitarnya.

Selain itu, ada juga keyakinan bahwa kolonisasi adalah jalan keluar atas masalah 'kelebihan populasi'. Migrasi akan menghindari konflik sosial yang disebabkan oleh pengangguran dan kesengsaraan kemiskinan.

Sementara itu, melansir dari History Skills, motif di balik penjajahan Inggris pada awalnya adalah untuk memperluas kekuasaan mereka. Terlebih, pada zaman dahulu sejumlah negara di Eropa mengandalkan imperialisme dan kolonisasi untuk memperluas kerajaan mereka pada awal periode modern.

Kolonialisme Inggris dimulai pada akhir abad ke-15 dengan penjelajahan John Cabot. Namun, Inggris baru mendirikan koloni permanen pada awal abad ke-17 abad dengan berdirinya Jamestown pada tahun 1607. Abad ke-19 adalah puncak kejayaan Kerajaan Inggris. Sebab, mereka berhasil menguasai seperempat dan sepertiga populasi dunia dari tanahnya.

Seiring waktu, Inggris mulai berambisi untuk menyebarkan agama Kristen. Selain itu, Kerajaan Inggris juga tertarik dengan komoditas dan tanaman komersial, seperti tembakau, gula, dan rempah-rempah untuk kembali dijual dan mendapat keuntungan.

Selain motivasi ekonomi, kolonialisme Inggris juga didorong oleh faktor politik dan sosial. Pembentukan demokrasi perwakilan di Inggris sejak abad ke-17 membuat Inggris percaya bahwa itu adalah bentuk pemerintahan terbaik.

Lalu, Kerajaan Inggris juga menyatakan bahwa jika mereka dapat menyebarkan demokrasi ke seluruh dunia, maka setiap negara akan mendapatkan keuntungan. 

Sejarawan Marc Ferro mengungkapkan bahwa kolonisasi adalah "kekuatan" suatu bangsa untuk "melakukan reproduksi" di ruang yang berbeda. Poin penting dari kolonisasi adalah kemampuan untuk mendominasi dan mempertahankan identitas yang berbeda sehingga berbeda dari imigrasi.


(hsy/hsy) Next Article Pangeran Harry Kalah Gugatan Lawan Kerajaan Inggris, Begini Ceritanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular