²©²ÊÍøÕ¾

Wajib Tahu! Ini Daftar Gejala Mpox yang Mirip Covid-19

Mentari Puspadini, ²©²ÊÍøÕ¾
25 August 2024 16:15
Petugas kesehatan merawat Lucie Habimana, 13 tahun, pasien mpox, di sebuah pusat perawatan di Munigi, Kongo timur, Jumat, 16 Agustus 2024. (AP Photo/Moses Sawasawa)
Foto: Petugas kesehatan merawat Lucie Habimana, 13 tahun, pasien mpox, di sebuah pusat perawatan di Munigi, Kongo timur, Jumat, 16 Agustus 2024. (AP/Moses Sawasawa)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memperingatkan bahaya penyebaran Virus Monkeypox/Mpox atau cacar monyet yang telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Lantas, bagaimana gejala penyakit ini?

Sebagai informasi, Mpox adalah salah satu spesies virus cacar, seperti cacar air dan cacar sapi, yang ditandai dengan ruam yang diikuti dengan benjolan yang muncul di kulit. Pada cacar air, lenting-lenting tersebut kemudian terisi dengan cairan dan akhirnya berkeropeng.

Pada dasarnya, Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan virus Mpox. Asalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia.

Mpox dapat menular ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi. Biasanya adalah hewan pengerat dan primata.

Risiko tertular Mpox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati, termasuk daging dan darahnya. Di negara-negara endemik, makanan yang berisi daging atau bagian tubuh hewan perlu dimasak hingga matang sebelum dimakan.

Dokter yang juga sekaligus epidemiolog, Dicky Budiman menyampaikan bahwa saat ini riset mengenai Mpox masih cukup minim karena berpuluh-puluh tahun menjadi penyakit yang diabaikan.

"Riset Mpox sangat minim karena terjadi di Afrika dan diperkirakan tidak terjadi pada dunia," ujar Dicky pada ²©²ÊÍøÕ¾.

Dicky pun menegaskan bahwa bukan tidak mungkin ini akan terus berkembang dan bermutasi walaupun virus DNA (Mpox) tidak secepat RNA virus. Tetapi dengan adanya sikap pembiaran dan perilaku berisiko yang membuat ini infeksi terus merajalela bisa saja melahirkan satu infeksi yang lebih mematikan.

Oleh karena itu prinsip pencegahan dan mitigasi perlu dilakukan. Masyarakat bisa segera melakukan pengecekan kesehatan bila mendapati tanda-tanda atau gejala berikut:

Gejala Monkey Pox (Mpox)

Melansir laman CDC, Penderita Mpox sering kali mengalami ruam yang mungkin terletak di tangan, kaki, dada, wajah, atau mulut atau di dekat alat kelamin, termasuk penis, testis, labia, vagina, dan anus.

Masa inkubasinya adalah 3-17 hari. Selama masa ini, seseorang tidak menunjukkan gejala dan mungkin merasa baik-baik saja.

Ruam akan melalui beberapa tahap, termasuk koreng, sebelum sembuh. Ruam awalnya terlihat seperti jerawat atau lecet dan mungkin terasa nyeri atau gatal.


Gejala mpox lainnya bisa meliputi:

  • Demam
  • Panas dingin
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Kelelahan
  • Nyeri otot dan sakit punggung
  • Sakit kepala
  • Gejala pernafasan (misalnya sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau batuk)


Sementara itu, durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi mulai dari 2-4 minggu. Periode lama sakit paling singkat adalah 14 hari dari timbulnya gejala pertama.

Dalam mitigasi risikonya, Dicky menyampaikan bahwa vaksin tetap diperlukan namun tidak untuk masyarakat umum, melainkan untuk kelompok-kelompok berisiko.

Dalam penularannya, Mpox yang diketahui saat ini menular dengan cara kontak langsung/jarak dekat yang artinya tidak mudah dan ada waktu yang harus dipenuhi.

"Mpox tidak menular lewat udara. Orang yang berpapasan tidak akan terinfeksi," kata Dicky.

Kasus Mpox di Indonesia

Virus ini terdeteksi sudah masuk ke Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat total ada 88 kasus konfirmasi Mpox sejak 2022 hingga Agustus 2024.

Indonesia melaporkan kasus mpox pertamanya pada Oktober 2022. Pada 13 Oktober 2023, Indonesia melaporkan kasus mpox lainnya setelah periode tanpa kasus, dan jumlah kasus terus meningkat sejak saat itu.

Sepanjang tahun 2023, 72 kasus dikonfirmasi. Peningkatan kasus ini direspons dengan pemantauan aktif dalam perawatan HIV/AIDS, dukungan, dan layanan pengobatan serta layanan konseling dan tes HIV, yang melibatkan jaringan populasi kunci. Selain itu, pencarian kasus juga dilakukan melalui pelacakan dan pengujian pada pasangan seksual, termasuk yang tidak menunjukkan gejala.


(hsy/hsy) Next Article 5 Fakta Mengejutkan Penyakit Langka Kanker Sarkoma

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular