²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Kehabisan Inovasi, Laba Kuartal Dua Samsung Diramalkan Lesu

Rehia Sebayang, ²©²ÊÍøÕ¾
04 July 2018 11:50
Kehabisan Inovasi, Laba Kuartal Dua Samsung Diramalkan Lesu
Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
Seoul, ²©²ÊÍøÕ¾ - Samsung Electronics Co Ltd diperkirakan akan membukukan pertumbuhan laba terendah dalam lebih dari setahun di kuartal kedua tahun ini akibat penjualan smartphone Galaxy premiumnya yang lesu menutupi bisnis chip-nya yang sangat menguntungkan.

Analis memperkirakan penjualan smartphone perusahaan teknologi asal Korea Selatan itu menurun di kuartal April-Juni, menyusul penurunan lebih dari 2% pada kuartal sebelumnya karena konsumen lebih berminat pada model ponsel yang lebih murah produksi saingannya dari China, seperti Xiaomi.

Keunggulan Samsung atas Apple Inc di pasar ponsel pintar global berada di bawah tekanan setelah iPhone X buatan perusahaan AS itu melampaui ekspektasi pasar, sementara kurangnya inovasi teknologi pun turut menekan penawaran Samsung.

"Fungsi (yang) dimiliki telepon seluler Samsung tidak cukup menarik bagi pelanggan sehingga mereka enggan membelinya," kata Song Myung-sup, analis di HI Investment & Securities, dilansir dari Reuters.

Ponsel andalan Samsung Galaxy S9 terbaru, yang diluncurkan pada pertengahan Maret, memamerkan banyak perangkat lunak tetapi sedikit inovasi teknologi. Penjualannya lebih sedikit di tahun peluncurannya jika dibandingkan seri pendahulunya, Galaxy S8, yang dijual pada 2017 setelah debutnya, kata para analis.


Hal diperkirakan akan menyeret pertumbuhan laba ketika konglomerat Korea itu melaporkan kinerja keuangan kuartal kedua hari Jumat.

Analis memperkirakan laba operasionalnya sebesar 14,9 triliun won (Rp 191,6 triliun) untuk kuartal kedua, naik 5,7% dari tahun sebelumnya, tetapi kurang dari rekor tertinggi 15,6 triliun won yang dibukukan pada kuartal pertama, menurut jajak pendapat Thomson Reuters.

Samsung, yang sahamnya turun 9% sepanjang tahun ini, juga diperkirakan akan mengeluarkan proyeksi bisnisnya untuk kuartal April-Juni pada hari Jumat, dan memberikan perkiraan untuk pendapatan dan laba operasi. Perusahaan akan mengungkapkan hasil rinci pada akhir Juli.
Samsung bergantung pada distribusi tradisional untuk menjual ponsel, sedangkan para pesaingnya telah maju dengan memanfaatkan penjualan online untuk menyediakan smartphone mewah dengan harga yang kompetitif, kata analis Counterpoint Shobhit Srivastava.

Beberapa investor skeptis apakah jajaran produk ponsel Samsung berikutnya, yang memiliki layar OLED yang ramping, akan cukup inovatif untuk mendapatkan daya tarik pelanggan. Seri Galaxy Note baru akan diluncurkan pada 9 Agustus di New York.

"Samsung harus menunjukkan sesuatu yang akan mengubah paradigma," kata Park Jung-hoon, seorang manajer dana di HDC Asset Management, yang memiliki saham Samsung Electronics.

"Pengamat pasar tidak memiliki ekspektasi tinggi untuk bisnis ponsel cerdasnya saat ini ketika para pemain China telah menyaingi teknologi dan idenya."

Di China, pasar smartphone terbesar di dunia, pangsa pasar Samsung hanya 1,3% pada kuartal pertama, menurut data dari firma riset Strategy Analytics, lebih rendah dibandingkan Huawei yang 22,5%.

Pembuat ponsel pintar China (Huawei, Oppo, Vivo, dan Xiaomi) menempati posisi teratas di China, sementara Apple adalah satu-satunya perusahaan asing yang masuk di lima besar.


Di India, Xiaomi menggantikan Samsung sebagai pemimpin pasar tahun lalu dan terus memimpin di pasar smartphone terbesar kedua di dunia tersebut pada kuartal pertama, menurut laporan dari firma riset Counterpoint.

Pastinya, Samsung tetap merupakan perusahaan pembuat ponsel terbesar di dunia yang menjual sekitar 80 juta gadget per kuartal dan mencaplok lebih dari seperlima pasar global.

Masalah perusahaan di segmen ponsel membayangi kesuksesan bisnis chip, yang menghasilkan sekitar tiga perempat dari laba operasi Samsung dan sekitar sepertiga dari pendapatannya.

Keuntungan operasi dalam bisnis chip diperkirakan akan tumbuh sekitar 50% ke rekor 12,5 triliun won pada kuartal kedua dibandingkan setahun lalu, menurut analis, karena server, PC game, dan perangkat pertambangan cryptocurrency atau mata uang digital menuntut lebih banyak tenaga untuk memproses data streaming.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular