
Internasional
Valuasi Apple Rp 14.400T, Sejarah Bubble Dot.com Terulang?
Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
03 August 2018 10:41

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Apple Inc membuat sejarah baru pada Kamis (2/8/2018). Produsen smartphone ini mencatatkan diri sebagai emiten pertama di bursa Amerika Serikat (AS) yang memiliki valuasi US$1 triliun atau Rp 14.400 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.400).
Sejarah ini terjadi ketika harga saham Apple menyentuh US$207,05 per saham.
Beberapa investor mungkin khawatir pencapaian baru dari perusahaan paling bernilai itu dapat menyebabkan penurunan signifikan ke depannya, seperti sejarah bubble dot.com yang pernah terjadi di tahun 90-an dimana terjadi penggelembungan harga saham perusahaan teknologi. Pecahnya gelembung dot.com membuat bursa AS rontok.
Mungkin saja valuasi akan menurun dalam jangka pendek, tetapi bagi investor jangka panjang valuasi saham ini lebih ekstrim dan berdasar pada fundamental yang lebih baik.
Harga saham Apple naik 2,9% di hari Kamis, membuatnya memperoleh return secara year-to-date (ytd) sebanyak 22%. lebih tinggi dibandingkan return S&P 500 sebesar 6%.
Para analis memprediksi valuasi laba Apple mencapai 15,7x dalam 12 bulan ke depan, dibandingkan dengan proyeksi price to earning ratio (PE) 16,5x. Perbedaan valuasi muncul ketika produsen smartphone ini meningkatkan penjualan menjadi 17% secara tahunandan laba tumbuh 40% dalam kuartal uang berakhir bulan Juni, jauh lebih tinggi dibanding prediksi yang menyebutkan penjualanhanya tumbuh 8% untuk rata-rata perusahaan yang tercatat di S&P 500 tahun ini.
Sebagai perbandingan, selama gelembung 'dot-com' saham-saham perusahaan teknologi teratas divaluasi dengan laba yang berkali lipat lebih tinggi. Microsoft diperdagangkan 59 kali lipat dari labanya, Cisco 179 kali lipat, Intel 126 kali lipat dan Oracle 87 kali lipat di tahun 2000.
Aswath Damodaran selaku "ketua valuasi" di Wall Street mengatakan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International pada hari Rabu (1/8/2018) bahwa Apple masih "dinilai dengan masuk akal" dan "tidak diperdagangkan berkali-kali lipat lebih tinggi dari laba" saat ini.
Apple mengembalikan sekitar US$25 miliar per kuartal kepada para pemegang saham tahun ini melalui pembelian saham kembali (buyback) dan dividen. Tahun lalu Apple mengembalikan $11 miliar per kuartal. Buyback menurunkan jumlah saham yang beredar dan menyebabkan laba per saham yang lebih tinggi.
Raksasa teknologi itu bahkan menunjukkan sesuatu yang lebih banyak ke depannya, yang menopang harga sahamnya. Apple memiliki posisi kas atau uang tunai dikurangi utang sebesar US$129 miliar pada akhir kuartal bulan Juni. Pada hari Selasa (31/8/2018), manajemen perusahaan kembali menegaskan rencananya untuk menurunkan posisi kas yang besar menjadi nyari nol sehingga memberi sinyal bagi para investor bahwa buyback dan dividen kemungkinan akan terjadi.
Salah satu investor terkemuka telah menyebut program buyback Apple sebagai satu alasan besar untuk memiliki saham perusahaan.
Sebelumnya di bulan Mei Warren Buffett menjelaskan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International tentang keuntungan dramatis dari program pengembalian modal Apple bagi para pemegang saham.
"Ketika saya membeli Apple, saya tahu Apple akan kembali membeli banyak sahamnya," katanya. "Kami memiliki [saham Apple] sekitar 5%. Namun, saya tahu tidak perlu melakukan apa-apa dan mungkin dalam beberapa tahun kemudian kami akan memiliki 6% tanpa mengeluarkan dolar lagi. Ya, saya suka memiliki 5% yang naik ke 6%."
Perusahaan Berkshire Hathaway milik Buffett saat ini adalah pemegang saham terbesar kedua di Apple dan kepemilikan sahamnya di perusahaan produsen iPhone itu bertambah hampir 75 juta selama kuartal pertama.
(roy) Next Article Petrochina Pernah Miliki Valuasi Rp 14.400 T, Lalu Amblas
Sejarah ini terjadi ketika harga saham Apple menyentuh US$207,05 per saham.
Beberapa investor mungkin khawatir pencapaian baru dari perusahaan paling bernilai itu dapat menyebabkan penurunan signifikan ke depannya, seperti sejarah bubble dot.com yang pernah terjadi di tahun 90-an dimana terjadi penggelembungan harga saham perusahaan teknologi. Pecahnya gelembung dot.com membuat bursa AS rontok.
Para analis memprediksi valuasi laba Apple mencapai 15,7x dalam 12 bulan ke depan, dibandingkan dengan proyeksi price to earning ratio (PE) 16,5x. Perbedaan valuasi muncul ketika produsen smartphone ini meningkatkan penjualan menjadi 17% secara tahunandan laba tumbuh 40% dalam kuartal uang berakhir bulan Juni, jauh lebih tinggi dibanding prediksi yang menyebutkan penjualanhanya tumbuh 8% untuk rata-rata perusahaan yang tercatat di S&P 500 tahun ini.
Sebagai perbandingan, selama gelembung 'dot-com' saham-saham perusahaan teknologi teratas divaluasi dengan laba yang berkali lipat lebih tinggi. Microsoft diperdagangkan 59 kali lipat dari labanya, Cisco 179 kali lipat, Intel 126 kali lipat dan Oracle 87 kali lipat di tahun 2000.
Aswath Damodaran selaku "ketua valuasi" di Wall Street mengatakan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International pada hari Rabu (1/8/2018) bahwa Apple masih "dinilai dengan masuk akal" dan "tidak diperdagangkan berkali-kali lipat lebih tinggi dari laba" saat ini.
Apple mengembalikan sekitar US$25 miliar per kuartal kepada para pemegang saham tahun ini melalui pembelian saham kembali (buyback) dan dividen. Tahun lalu Apple mengembalikan $11 miliar per kuartal. Buyback menurunkan jumlah saham yang beredar dan menyebabkan laba per saham yang lebih tinggi.
Raksasa teknologi itu bahkan menunjukkan sesuatu yang lebih banyak ke depannya, yang menopang harga sahamnya. Apple memiliki posisi kas atau uang tunai dikurangi utang sebesar US$129 miliar pada akhir kuartal bulan Juni. Pada hari Selasa (31/8/2018), manajemen perusahaan kembali menegaskan rencananya untuk menurunkan posisi kas yang besar menjadi nyari nol sehingga memberi sinyal bagi para investor bahwa buyback dan dividen kemungkinan akan terjadi.
Salah satu investor terkemuka telah menyebut program buyback Apple sebagai satu alasan besar untuk memiliki saham perusahaan.
Sebelumnya di bulan Mei Warren Buffett menjelaskan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International tentang keuntungan dramatis dari program pengembalian modal Apple bagi para pemegang saham.
"Ketika saya membeli Apple, saya tahu Apple akan kembali membeli banyak sahamnya," katanya. "Kami memiliki [saham Apple] sekitar 5%. Namun, saya tahu tidak perlu melakukan apa-apa dan mungkin dalam beberapa tahun kemudian kami akan memiliki 6% tanpa mengeluarkan dolar lagi. Ya, saya suka memiliki 5% yang naik ke 6%."
Perusahaan Berkshire Hathaway milik Buffett saat ini adalah pemegang saham terbesar kedua di Apple dan kepemilikan sahamnya di perusahaan produsen iPhone itu bertambah hampir 75 juta selama kuartal pertama.
(roy) Next Article Petrochina Pernah Miliki Valuasi Rp 14.400 T, Lalu Amblas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular