²©²ÊÍøÕ¾

Lira Turki Menguat Meski Erdogan Balas Serangan AS

Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
15 August 2018 17:25
Penguatan lira didorong oleh langkah pengawas perbankan untuk membatasi transaksi swap, serta harapan tentang perbaikan relasi dengan Uni Eropa (UE).
Foto: REUTERS/Murad Sezer
Istanbul, ²©²ÊÍøÕ¾ - Turki melipatgandakan bea masuk terhadap sejumlah produk impor Amerika Serikat (AS) termasuk mobil, alkohol, dan tembakau pada hari Rabu (15/8/2018) sebagai upaya pembalasan. Meskipun begitu, lira menguat 6% setelah otoritas perbankan mengambil langkah untuk menahan depresiasi mata uangnya.

Ankara bertindak di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS, sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), karena penahanan seorang pendeta dan isu-isu diplomatik lainnya. Konflik tersebut membuat lira terperosok ke posisi terendah sepanjang sejarah terhadap dolar AS.

Penguatan lira didorong oleh langkah pengawas perbankan untuk membatasi transaksi swap, serta harapan tentang perbaikan relasi dengan Uni Eropa (UE).

Untuk diketahui, Jumat (10/8/2018) lalu Presiden AS Donald Trump meresmikan pengenaan bea masuk dua kali lipat lebih tinggi terhadap aluminium dan baja impor asal Turki, yang kemudian dibalas hari ini.

Surat keputusan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memutuskan bea masuk dua kali lipat terhadap mobil penumpang menjadi 120%, minuman beralkohol ke 140%, dan daun tembakau menjadi 60%. Tarif impor juga dinaikkan untuk produk-produk seperti kosmetik, beras, dan batu bara.


"Bea impor dinaikkan untuk beberapa produk, berdasarkan prinsip timbal balik, dalam merespons serangan pemerintah AS yang disengaja terhadap perekonomian kita," tulis Wakil Presiden Fuat Oktay di Twitter.

AS adalah sumber impor terbesar keempat untuk Turki tahun lalu, dengan impor senilai US$12 miliar (Rp 175,5 triliun) menurut statistik Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). Sementara, ekspor Turki ke AS tahun lalu berjumlah US$8,7 miliar, yang membuat Negeri Paman Sam sebagai pasar ekspor terbesar kelima untuk Negeri Kebab.

Konflik dengan Washington menyebabkan lira anjlok ke posisi terendah sepanjang sejarah. Nilai tukar mata uangnya sudah melemah lebih dari 40% terhadap dolar AS tahun ini, sehingga memicu upaya likuiditas bank sentral untuk menopangnya.

Lira menguat 5,75 terhadap dolar di hari Rabu dan berada di posisi 5,9350 pada pukul 07:45 GMT karena tindakan yang sebelumnya dipicu oleh keputusan pengadilan Turki untuk membebaskan dua prajurit Yunani. Keduanya ditahan atas tuduhan mata-mata.

Seorang trader surat utang di sebuah bank mengatakan "perkembangan ini menunjukkan relasi dengan UE bisa membaik, sementara ketegangan dengan AS berlanjut", tulis Reuters.

Penguatan lira juga didukung oleh langkah pengawas perbankan BDDK yang memangkas batas transaksi swap valuta asing di bank-bank Turki, spot, dan transaksi forward dengan bank-bank asing menjadi 25% dari ekuitas bank.

Sebelumnya di hari Selasa (14/8/2018) lira sudah rebound sekitar 8% karena pemberitaan tentang rencana telekonferensi di hari Kamis (16/8/2018), di mana Menteri Keuangan akan mencoba meyakinkan investor internasional.

Pasar mengkhawatirkan pengaruh Erdogan terhadap perekonomian dan keengganannya untuk menaikkan suku bunga guna menangani inflasi double-digit.

Erdogan menyebut Turki sebagai target perang ekonomi, dan berulangkali meminta warganya menjual dolar dan euro untuk menopang mata uang.

Pada hari Selasa, dia sempat berkata Turki akan memboikot produk elektronik AS.
(prm) Next Article Mata Uang Negeri Erdogan Anjlok, Terlemah Sepanjang Sejarah!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular