
Dimotori HMSP dan GGRM, IHSG Tembus 5.900
Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
02 November 2018 16:49

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Melemah tipis 0,1% pada akhir sesi 1, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru melesat 1,21% pada akhir sesi 2 ke level 5.906,29. IHSG lantas berhasil menembus level psikologis 5.900.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,45 triliun dengan volume sebanyak 9,47 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 433.892 kali.
Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 2,56%, indeks Shanghai naik 2,7%, indeks Hang Seng naik 4,21%, indeks Strait Times naik 1,82%, dan indeks Kospi naik 3,53%.
Bursa saham regional mendapatkan suntikan energi yang begitu besar pasca Presiden AS Donald Trump dikabarkan telah meminta para pejabat pemerintahannya untuk mulai merancangan draf perjanjian dagang dengan China, menurut 4 sumber yang memahami masalah tersebut, seperti dikutip dari Bloombergnews.
Sumber tersebut menyebut bahwa dorongan untuk mencapai kesepakatan dagang dengan China datang pasca Trump melakukan pembicaraan via sambungan telepon pada hari Kamis (1/11/2018) dengan Presiden China Xi Jinping.
Memang, Trump terlihat sangat senang pasca berbicara dengan XI Jinping, ditunjukkan oleh cuitannya di Twitter.
"Baru saja melakukan pembicaraan yang baik dengan Presiden Xi Jinping. Kami membicarakan berbagai topik dengan fokus mengenai perdagangan. Diskusi berjalan baik dan rencananya ada pertemuan saat KTT G20 di Argentina. Kami juga melakukan diskusi yang baik membahas Korea Utara!" cuit Trump pada hari Kamis melalui akun @realDonaldTrump.
Sebagai informasi, perbincangan kedua pimpinan negara tersebut merupakan yang pertama kalinya dipublikasikan dalam 6 bulan terakhir.
Dari dalam negeri, penguatan IHSG banyak dimotori oleh saham 2 emiten rokok yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+4,11%) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+6,6%).
Melesatnya harga kedua saham dipicu oleh keputusan pemerintah yang tidak akan menaikkan cukai rokok tahun depan. Hal ini diputuskan pada rapat kabinet yang diselenggarakan hari ini (2/11/2018) di Istana Bogor, Jawa Barat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa setelah mendengar seluruh evaluasi dan masukan dari sidang kabinet, maka diputuskan cukai rokok tahun 2019 adalah sama dengan tahun ini.
"Tidak akan ada perubahan atau kenaikan cukai, kita akan menggunakan tingkat cukai yang ada sampai dengan 2018 ini," ujar Sri Mulyani.
Transaksi pada kedua saham berlangsung sangat ramai. Saham HMSP ditransaksikan sebanyak 58,3 juta unit, jauh mengalahkan rata-rata transaksi hariannya yang sebesar 14,7 juta unit. Sementara itu, saham GGRM ditransaksikan sebanyak 2,55 juta unit, juga mengalahkan rata-rata transaksi hariannya yang sebesar 872.054 unit.
Sifat dari rokok yang merupakan barang elastis membuat kedua emiten akan diuntungkan oleh kebijakan tersebut. Selama ini, ada persepsi yang salah di kalangan masyarakat bahwa rokok merupakan barang inelastis; tak peduli berapa pun harganya berubah, permintaan akan tetap sama.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah tercatat selalu menaikkan cukai rokok. Kenaikan cukai rokok ini pada akhirnya di pass through ke konsumen dengan cara menaikkan harga jual. Dari sisi volume, terlihat bahwa penjualan HMSP dan GGRM sebenarnya menciut.
Pada tahun 2015, penjualan HMSP tercatat sebanyak 109,8 miliar batang. Pada tahun 2016 dan 2017, penjualannya turun menjadi masing-masing 105,5 miliar batang dan 101,3 miliar batang.
Sementara itu, penjualan GGRM pada tahun 2015 adalah sebanyak 78,6 miliar batang, sebelum kemudian turun menjadi 77,1 miliar batang pada tahun 2016. Pada tahun 2017, barulah penjualan perusahaan naik menjadi 78,65 miliar batang.
Dari tertekannya volume penjualan kedua perusahaan, bisa disimpulkan bahwa rokok sebenarnya merupakan barang elastis.
Lantas, wajar jika harga saham HMSP dan GGRM melesat naik. Pasalnya, dengan tak dinaikannya cukai rokok, maka praktis tekanan bagi produsen untuk menaikkan harga jual pada tahun depan menjadi berkurang.
Pada akhirnya, volume penjualan bisa dijaga supaya tidak turun, atau justru malah bisa dikerek naik.
Seiring dengan kondusifnya sentimen domestik dan eksternal, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 1,16 triliun. 5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 248,2 miliar), PT Bank Central Indonesia Tbk/BBCA (Rp 224,1 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 204,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 200,1 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 109,4 miliar).
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/roy) Next Article Sri Mulyani Bikin IHSG Terbang
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,45 triliun dengan volume sebanyak 9,47 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 433.892 kali.
Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 2,56%, indeks Shanghai naik 2,7%, indeks Hang Seng naik 4,21%, indeks Strait Times naik 1,82%, dan indeks Kospi naik 3,53%.
![]() |
Sumber tersebut menyebut bahwa dorongan untuk mencapai kesepakatan dagang dengan China datang pasca Trump melakukan pembicaraan via sambungan telepon pada hari Kamis (1/11/2018) dengan Presiden China Xi Jinping.
Memang, Trump terlihat sangat senang pasca berbicara dengan XI Jinping, ditunjukkan oleh cuitannya di Twitter.
"Baru saja melakukan pembicaraan yang baik dengan Presiden Xi Jinping. Kami membicarakan berbagai topik dengan fokus mengenai perdagangan. Diskusi berjalan baik dan rencananya ada pertemuan saat KTT G20 di Argentina. Kami juga melakukan diskusi yang baik membahas Korea Utara!" cuit Trump pada hari Kamis melalui akun @realDonaldTrump.
Sebagai informasi, perbincangan kedua pimpinan negara tersebut merupakan yang pertama kalinya dipublikasikan dalam 6 bulan terakhir.
Dari dalam negeri, penguatan IHSG banyak dimotori oleh saham 2 emiten rokok yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+4,11%) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+6,6%).
Melesatnya harga kedua saham dipicu oleh keputusan pemerintah yang tidak akan menaikkan cukai rokok tahun depan. Hal ini diputuskan pada rapat kabinet yang diselenggarakan hari ini (2/11/2018) di Istana Bogor, Jawa Barat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa setelah mendengar seluruh evaluasi dan masukan dari sidang kabinet, maka diputuskan cukai rokok tahun 2019 adalah sama dengan tahun ini.
"Tidak akan ada perubahan atau kenaikan cukai, kita akan menggunakan tingkat cukai yang ada sampai dengan 2018 ini," ujar Sri Mulyani.
Transaksi pada kedua saham berlangsung sangat ramai. Saham HMSP ditransaksikan sebanyak 58,3 juta unit, jauh mengalahkan rata-rata transaksi hariannya yang sebesar 14,7 juta unit. Sementara itu, saham GGRM ditransaksikan sebanyak 2,55 juta unit, juga mengalahkan rata-rata transaksi hariannya yang sebesar 872.054 unit.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah tercatat selalu menaikkan cukai rokok. Kenaikan cukai rokok ini pada akhirnya di pass through ke konsumen dengan cara menaikkan harga jual. Dari sisi volume, terlihat bahwa penjualan HMSP dan GGRM sebenarnya menciut.
Pada tahun 2015, penjualan HMSP tercatat sebanyak 109,8 miliar batang. Pada tahun 2016 dan 2017, penjualannya turun menjadi masing-masing 105,5 miliar batang dan 101,3 miliar batang.
Sementara itu, penjualan GGRM pada tahun 2015 adalah sebanyak 78,6 miliar batang, sebelum kemudian turun menjadi 77,1 miliar batang pada tahun 2016. Pada tahun 2017, barulah penjualan perusahaan naik menjadi 78,65 miliar batang.
Dari tertekannya volume penjualan kedua perusahaan, bisa disimpulkan bahwa rokok sebenarnya merupakan barang elastis.
Lantas, wajar jika harga saham HMSP dan GGRM melesat naik. Pasalnya, dengan tak dinaikannya cukai rokok, maka praktis tekanan bagi produsen untuk menaikkan harga jual pada tahun depan menjadi berkurang.
Pada akhirnya, volume penjualan bisa dijaga supaya tidak turun, atau justru malah bisa dikerek naik.
Seiring dengan kondusifnya sentimen domestik dan eksternal, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 1,16 triliun. 5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 248,2 miliar), PT Bank Central Indonesia Tbk/BBCA (Rp 224,1 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 204,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 200,1 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 109,4 miliar).
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/roy) Next Article Sri Mulyani Bikin IHSG Terbang
Most Popular