²©²ÊÍøÕ¾

Meski Rupiah Melemah, IHSG Punya Tenaga untuk Menguat

Houtmand P Saragih, ²©²ÊÍøÕ¾
28 November 2018 09:22
IHSG pada perdagangan pagi ini dibuka menguat 0,23% ke level 6.027,58.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini dibuka menguat menyusul kinerja positif bursa saham Asia. Saham-saham sektor pertambangan tampaknya mulai berbalik arah setelah sempat mengalami tekanan sejak awal pekan.

IHSG pada perdagangan pagi ini dibuka menguat 0,23% ke level 6.027,58. Sama seperti bursa-bursa utama Asia pagi yang mayoritas di buka menguat, dimana bursa saham Hong Kong menguat 0,26%, demikian pula dengan indeks Shanghai naik 0,29%.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,82% lebih tinggi pada awal perdagangan, sementara indeks Topix naik 0,35%. Namun Kospi di Korea Selatan sebagian cenderung datar dengan koreksi tipis 0,07%.
Sebelumnya, bursa saham AS dini hari tadi ditutup di zona positif, dimana indeks Dow Jones Industrial Average menguat 108,49 poin atau 0,44% ke 24.748,73, indeks S&P 500 bertambah 0,33% menjadi posisi 2.682,17, dan indeks Nasdaq Composite naik tipis 0,01% ke 7.082,7.

Nilai transaksi pada saat pembukaan tercatat mencapai Rp 32,19 miliar dengan volume perdagangan 7,04 juta saham dari frekuensi 1.275 kali. Investor asing tercatat membukukan net buy Rp 7,08 miliar.
Sektor pertambangan menguat 0,53%, sektor agribisnis naik 0,41%, sektor infrastruktur naik 0,29% dan sektor properti naik 0,18%. Sementara sektor yang mengalami pelemahan paling dalam, yaitu sektor perdagangan dan jasa yang turun 0,22%.

Pada perdagangan kemarin, di luar perkiraan IHSG ditutup melemah melemah 0,15% ke level 6.013,78. Investor tampaknya masih belum yakin dengan arah kinerja pasar saham domestik, karena sentimen eksternal yang masih simpang siur dan kejatuhan harga minyak serta crude palm oil.

Rencana pertemuan Trump dan Xi Jinping pekan ini menjadi salah satu perhatian pemodal domestik. Selain itu, beberapa sentimen yang mempengaruhi perdagangan saham hari ini diantaranya, pemerintah tengah membenahi kebijakan untuk Kawasan Berikat agar dapat mendukung kegiatan ekspor, dengan fokus kemudahan bagi eksportir.

Pemerintah melakukan penyesuaian pungutan ekspor terhadap Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya. Penyesuaian dilakukan seiring terus menurun harga CPO hingga 23 November 2018 menyentuh angka US$ 410 per ton.

Penyesuaian dari pungutan ekspor yang diputuskan dalam rapat pada Senin akan diterapkan untuk sementara waktu. Apabila harga sudah mulai membaik ke level US$ 550 per ton, pungutan akan dikembalikan ke mekanisme pungutan awal.
Sementara itu, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Seperti halnya mata uang Asia, rupiah tidak mampu membendung keperkasaan dolar AS yang menguat secara global.

Pada Rabu (28/11/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.511 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.

Sentimen dari luar yang patut disimak, diantaranya sikap Trump yang mengisyaratkan akan menerapkan kenaikan tarif impor untuk produk ponsel iPhone dan laptop, yang diimpor dari Cina. Selain itu, Trump juga mengatakan akan mengenakan kenaikan tarif hingga 25% untuk impor barang dan jasa senilai US$200 miliar  serta mengincar impor barang dan jasa dari Cina senilai US$267 miliar. 

Hal ini akan dilakukan Trump dilakukan jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan. Trump dan Presiden Cina, Xi Jinping, bakal bertemu disela-sela KTT G20 di Argentina, yang di mulai 30 November 2018.
(hps/ray) Next Article Sesi Pagi Berakhir Positif, Begini Proyeksi IHSG Sesi II

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular