²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Ladang Minyak Terbesar Libya Disandera, Harga Akan Naik?

Wangi Sinintya Mangkuto, ²©²ÊÍøÕ¾
19 December 2018 14:45
Perusahaan milik negara Libya National Oil Corporation (NOC) mengumumkan force majeure pada operasi di ladang minyak terbesarnya, Senin (17/12/18) malam.
Foto: Infografis/Blok Corridor/Edward Ricardo
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan milik negara Libya National Oil Corporation (NOC) mengumumkan force majeure pada operasi di ladang minyak terbesarnya, Senin (17/12/18) malam lalu di tengah pemberontakan dengan demonstran bersenjata.

Perusahaan memperkirakan kerugian 315.000 barel per hari (bph) bagi negara anggota OPEC itu.


Kelompok protes, yang dikenal sebagai Fezzan Rage Movement, menutup ladang minyak El Sharara di barat daya di Libya awal bulan ini, dengan bantuan personel keamanan Petroleum Facilities Guard, kelompok militer yang dikenal karena perseteruannya dengan kelompok Islamic State (IS).

Pergerakan anggota suku tersebut menuntut layanan yang lebih baik, dukungan sektor kesehatan, stimulus moneter untuk wilayah selatan, dan perlindungan yang lebih baik dari pemerintah, yang diklaim telah meminggirkan mereka yang tinggal di selatan Libya, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.

Tapi, sementara harga minyak sedikit rebound sekitar 2% satu minggu yang lalu menyusul kabar penyanderaan itu, produksi minyak mentah dari AS sangat tinggi sehingga secara praktis menenggelamkan apa yang seharusnya menjadi gangguan penting di pasar minyak.

Minyak mentah Brent diperdagangkan pada 58,54 pada jam 2 siang waktu London pada hari Selasa, turun 1,8% pada hari sebelumnya.

Harga minyak telah jatuh sekitar 30% sejak mencapai level tertinggi tahunan pada bulan Oktober, di tengah kekhawatiran soal kelebihan pasokan global dan perlambatan pertumbuhan permintaan. Energy Information Agency (EIA) AS memproyeksikan produksi minyak serpih AS mencapai 8 juta bph hingga akhir tahun dan mencatat rekor rata-rata 12,06 juta bph pada 2019.


Sementara krisis meningkatkan risiko geopolitik, kata Ehsan Khoman, kepala penelitian Timur Tengah dan Afrika Utara di MUFG, "pasar tetap fokus pada kekhawatiran yang lebih struktural bahwa pertumbuhan produksi minyak AS naik, dan diperkirakan akan tetap seperti itu, di atas pertumbuhan permintaan global menuju 2019."

NOC Libya mengatakan produksi di El Sharara hanya akan dimulai kembali setelah "pengaturan keamanan alternatif," kata pernyataan pada Senin, tanpa perincian.
(prm) Next Article Ladang Minyak Terbesar Libya Akan Dibuka Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular