
Perhatian! Tanda-Tanda Resesi di AS Kian Nyata Terlihat
Anthony Kevin, ²©²ÊÍøÕ¾
20 December 2018 11:15

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pelaku pasar tak bisa bersantai menjelang akhir pekan. Pasalnya, tanda-tanda terjadinya resesi di AS kian keras digaungkan dari pasar obligasi.
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Melansir ²©²ÊÍøÕ¾ International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Namun, konfirmasi datangnya resesi tak cukup mengandalkan spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Konfirmasi biasanya datang dari spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun.
Pasalnya dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, juga selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -37 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya menipis dari posisi kemarin (19/12/2018) yang sebesar -38 bps atau semakin mengarah ke inversi. Jika dibandingkan dengan posisi awal November yang sebesar -82 bps, situasinya tentu sangat mengkhawatirkan.
Wajar jika pada hari ini kita melihat aksi jual yang cukup besar di pasar saham Asia. Indikasi resesi yang kian keras terdengar oleh investor membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi tak menarik.
Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei anjlok 2,33%, indeks Shanghai turun 0,82%, indeks Hang Seng ambruk 1,08%, indeks Strait Times melemah 0,03%, dan indeks Kospi terpangkas 0,96%.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bukan Bola Kristal, Inverted Yield tak Selalu Ramalkan Resesi
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Melansir ²©²ÊÍøÕ¾ International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Pasalnya dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, juga selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -37 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya menipis dari posisi kemarin (19/12/2018) yang sebesar -38 bps atau semakin mengarah ke inversi. Jika dibandingkan dengan posisi awal November yang sebesar -82 bps, situasinya tentu sangat mengkhawatirkan.
Wajar jika pada hari ini kita melihat aksi jual yang cukup besar di pasar saham Asia. Indikasi resesi yang kian keras terdengar oleh investor membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi tak menarik.
Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei anjlok 2,33%, indeks Shanghai turun 0,82%, indeks Hang Seng ambruk 1,08%, indeks Strait Times melemah 0,03%, dan indeks Kospi terpangkas 0,96%.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bukan Bola Kristal, Inverted Yield tak Selalu Ramalkan Resesi
Most Popular