
Alibaba IPO Ke-2 di Hong Kong, Menarikah Valuasi Sahamnya
Dwi Ayuningtyas, ²©²ÊÍøÕ¾
14 June 2019 14:28

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan e-commerce raksasa asal China, Alibaba Group Holding Ltd (Alibaba/BABA) dikabarkan berniat untuk melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) kedua di bursa saham Hong Kong tahun ini.
Menurut beberapa sumber, Alibaba diperkirakan dapat menggalang dana hingga US$ 20 miliar dengan menunjuk China International Corp dan Credit Suisse Group AG sebagai penjamin emisi, berdasar laporan Bloomberg yang dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Akankah IPO kedua Alibaba kali ini sesukses pencatatan saham perdananya? Apakah masih worth-it bagi pelaku pasar untuk mengoleksi saham perusahaan asuhan Jack Ma tersebut?
Pada hari-hari pertama debutnya di bursa saham New York (NYSE), Alibaba berhasil menggalang dana segar sekitar US$ 25 miliar, dimana ini merupakan nilai IPO terbesar sepanjang sejarah.
Sementara itu, sejak debut perdananya, kapitalisasi pasar Alibaba sudah tumbuh hampir dua kali lipat dengan nilai mencapai US$ 417,42 miliar. Kemarin (13/6/2019) harga saham perusahaan ditutup US$ 160.33/saham. Nilai ini naik 135,78% dari harga penawaran umum saham perdana 5 tahun lalu yang ada di level US$ 68/saham.
Dari torehan prestasi tersebut, terlihat pelaku pasar sangat mengapresiasi saham Alibaba, terlebih lagi mengingat potensi bisnis dan rencana ekspansi perusahaan.
Berdasarkan laporan EMarketer, Alibaba menguasai sekitar 58% pasar e-commerce Negeri Tiongkok, sementara 16% dikuasai oleh pesaingnya JD.ID.
Porsi tersebut tentunya menguntungkan bagi Alibaba, hal ini dikarenakan pasar ritel online China tidak hanya yang terbesar di dunia, tetapi juga salah satu yang tumbuh paling pesat.
EMarketer memproyeksi penjualan ritel online Negeri Panda akan mampu tumbuh 30% menjadi hampir US$ 2 triliun tahun ini di tengah ketegangan dagang antara AS dan China.
Selain itu, Alibaba juga terus memperluas bisnisnya dengan berinvestasi pada industri ritel online di Asia Tenggara seperti Lazada dan Tokopedia. Perusahaan juga berinvestasi di industri fintech India, Paytm, dan fintech asal Inggris, WorldFirst, dilansir investorplace.com.
Namun, patut diwaspadai, dengan besarnya pangsa pasar Alibaba di China, maka perusahaan akan lebih terpapar resiko regulasi dan politik Negeri Tiongkok. Akan tetapi, beberapa analisis beragumentasi bahwa pemerintah China pasti berusaha melindungi bisnis perusahaan tersebut.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)>>>
Menurut beberapa sumber, Alibaba diperkirakan dapat menggalang dana hingga US$ 20 miliar dengan menunjuk China International Corp dan Credit Suisse Group AG sebagai penjamin emisi, berdasar laporan Bloomberg yang dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
Akankah IPO kedua Alibaba kali ini sesukses pencatatan saham perdananya? Apakah masih worth-it bagi pelaku pasar untuk mengoleksi saham perusahaan asuhan Jack Ma tersebut?
Sementara itu, sejak debut perdananya, kapitalisasi pasar Alibaba sudah tumbuh hampir dua kali lipat dengan nilai mencapai US$ 417,42 miliar. Kemarin (13/6/2019) harga saham perusahaan ditutup US$ 160.33/saham. Nilai ini naik 135,78% dari harga penawaran umum saham perdana 5 tahun lalu yang ada di level US$ 68/saham.
Dari torehan prestasi tersebut, terlihat pelaku pasar sangat mengapresiasi saham Alibaba, terlebih lagi mengingat potensi bisnis dan rencana ekspansi perusahaan.
Berdasarkan laporan EMarketer, Alibaba menguasai sekitar 58% pasar e-commerce Negeri Tiongkok, sementara 16% dikuasai oleh pesaingnya JD.ID.
Porsi tersebut tentunya menguntungkan bagi Alibaba, hal ini dikarenakan pasar ritel online China tidak hanya yang terbesar di dunia, tetapi juga salah satu yang tumbuh paling pesat.
EMarketer memproyeksi penjualan ritel online Negeri Panda akan mampu tumbuh 30% menjadi hampir US$ 2 triliun tahun ini di tengah ketegangan dagang antara AS dan China.
Selain itu, Alibaba juga terus memperluas bisnisnya dengan berinvestasi pada industri ritel online di Asia Tenggara seperti Lazada dan Tokopedia. Perusahaan juga berinvestasi di industri fintech India, Paytm, dan fintech asal Inggris, WorldFirst, dilansir investorplace.com.
Namun, patut diwaspadai, dengan besarnya pangsa pasar Alibaba di China, maka perusahaan akan lebih terpapar resiko regulasi dan politik Negeri Tiongkok. Akan tetapi, beberapa analisis beragumentasi bahwa pemerintah China pasti berusaha melindungi bisnis perusahaan tersebut.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)>>>
Next Page
Kinerja di Atas Rata-rata Pesaing
Pages
Most Popular