
Laba Amblas, Bos Astra Agro: Harga CPO Belum Stabil
Houtmand P Saragih, ²©²ÊÍøÕ¾
31 July 2019 12:28

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) angkat bicara menjelaskan kinerja semester I-2019 yang mengalami tekanan di tengah situasi industri sawit yang belum kondusif.
Presiden Direktur Astra Agro, Santosa mengatakan penurunan kinerja anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) tersebut dinilai wajar karena situasi industri yang sedang tertekan dan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang belum akan stabil dalam waktu dekat.
Santosa menjelaskan penurunan produksi Astra Agro sesuai kisaran yang sudah diprediksi perseroan setelah panen raya di semester II tahun lalu dan hari kerja yang pendek menyambut saat perayaan Lebaran Idul Fitri tahun ini.
"Meskipun demikian, Astra Agro tengah fokus pada program efisiensi, termasuk menyiapkan program kerja tahun depan agar kami siap menghadapi kondisi pasar global yang tidak menentu," kata Santoso, dalam keterangan resmi perusahaan, Rabu (31/7/2019).
Selasa kemarin, perseroan menyampaikan laporan keuangan semester I-2018, di mana pendapatan turun 5,49% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 8,53 triliun, dari sebelumnya Rp 9,02 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan paling besar dicatatkan oleh segmen usaha inti sawit dan turunannya yang anjlok 29,97% YoY menjadi Rp 706,65 miliar. Kemudian, segmen usaha yang menyumbang kontribusi paling besar (90,69%), yaitu minyak sawit mentah (dan turunannya) juga mencatatkan kontraksi 2,32% YoY menjadi Rp 7,73 triliun.
Pada semester I-2019, beban pokok penjualan tumbuh 5,8% YoY menjadi Rp 7,8 triliun dikarenakan peningkatan biaya penggunaan bahan baku dan pengolahan, serta biaya penyusutan.
Kenaikan pos beban pokok pendapatan mengakibatkan laba kotor AALI anjlok hingga 55,84% menjadi hanya Rp 729,16 miliar, dari sebelumnya Rp 1,65 triliun di semester pertama tahun lalu.
Kemudian, pada periode yang sama, beban penjualan dan beban keuangan juga membukukan pertumbuhan positif.
Per akhir Juni 2019, beban penjualan AALI naik 28,38% YoY menjadi Rp 227,91 miliar. Sedangkan beban keuangan perusahaan naik 53,82% YoY menjadi Rp 158,46 miliar.
Selain itu, perusahaan yang awalnya mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp 64,72 miliar di semester I-2018, kali ini justru membukukan kerugian atas selisih kurs mencapai Rp 28,81 miliar.
Peningkatan pada pos beban tersebut, menyebabkan laba bersih perusahaan terjun bebas dengan mencatatkan penurunan hingga 94,24% YoY menjadi Rp 43,72 miliar dari Rp 783,91 miliar.
Menurut Santoso, produsen minyak sawit Indonesia masih mengalami tekanan hingga semester I-2019 ini. Hal ini sepenuhnya disebabkan oleh mekanisme pasar yang menentukan terbentuknya harga berdasarkan supply and demand.
Stok minyak nabati dunia yang melimpah akibat produksi yang sangat tinggi semester lalu menyebabkan melemahnya harga CPO.
"Kami evaluasi kembali baik opex [belanja operasional] maupun capex [belanja modal] untuk mitigasi melemahnya harga menjelang panen raya nanti juga untuk mitigasi arus kas agar neraca dan arus kas Astra Agro tetap terkendali. Beberapa aktivitas operasional yang masih bisa ditunda akan dijadwal ulang, termasuk rencana capex akan lebih diperketat," kata Santosa.
Terkait neraca, Santosa menjelaskan, saat ini utang Astra Agro sudah mengikuti mekanisme lindung nilai atau hedging. Dengan demikian, stabilitas neraca Astra Agro terjaga tanpa terpengaruh nilai tukar, maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan nilai tukar dengan melemahnya dolar Amerika terhadap rupiah pada semester ini.
Santosa menilai, harga CPO masih belum stabil meskipun mengalami kenaikan selama satu pekan ini.
"Produsen minyak sawit akan menghadapi musim panen raya pada semester depan. Untuk itu, Astra Agro terus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi selama semester II nanti," tambah Santosa.
Bea Masuk CPO RI ke Eropa Belum Final
[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]
(hps/tas) Next Article Ukur Dampak Diskriminasi Sawit RI oleh UE Pada Kinerja AALI
Presiden Direktur Astra Agro, Santosa mengatakan penurunan kinerja anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) tersebut dinilai wajar karena situasi industri yang sedang tertekan dan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang belum akan stabil dalam waktu dekat.
Santosa menjelaskan penurunan produksi Astra Agro sesuai kisaran yang sudah diprediksi perseroan setelah panen raya di semester II tahun lalu dan hari kerja yang pendek menyambut saat perayaan Lebaran Idul Fitri tahun ini.
Selasa kemarin, perseroan menyampaikan laporan keuangan semester I-2018, di mana pendapatan turun 5,49% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 8,53 triliun, dari sebelumnya Rp 9,02 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan paling besar dicatatkan oleh segmen usaha inti sawit dan turunannya yang anjlok 29,97% YoY menjadi Rp 706,65 miliar. Kemudian, segmen usaha yang menyumbang kontribusi paling besar (90,69%), yaitu minyak sawit mentah (dan turunannya) juga mencatatkan kontraksi 2,32% YoY menjadi Rp 7,73 triliun.
Pada semester I-2019, beban pokok penjualan tumbuh 5,8% YoY menjadi Rp 7,8 triliun dikarenakan peningkatan biaya penggunaan bahan baku dan pengolahan, serta biaya penyusutan.
Kenaikan pos beban pokok pendapatan mengakibatkan laba kotor AALI anjlok hingga 55,84% menjadi hanya Rp 729,16 miliar, dari sebelumnya Rp 1,65 triliun di semester pertama tahun lalu.
Kemudian, pada periode yang sama, beban penjualan dan beban keuangan juga membukukan pertumbuhan positif.
Per akhir Juni 2019, beban penjualan AALI naik 28,38% YoY menjadi Rp 227,91 miliar. Sedangkan beban keuangan perusahaan naik 53,82% YoY menjadi Rp 158,46 miliar.
Selain itu, perusahaan yang awalnya mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp 64,72 miliar di semester I-2018, kali ini justru membukukan kerugian atas selisih kurs mencapai Rp 28,81 miliar.
Peningkatan pada pos beban tersebut, menyebabkan laba bersih perusahaan terjun bebas dengan mencatatkan penurunan hingga 94,24% YoY menjadi Rp 43,72 miliar dari Rp 783,91 miliar.
Menurut Santoso, produsen minyak sawit Indonesia masih mengalami tekanan hingga semester I-2019 ini. Hal ini sepenuhnya disebabkan oleh mekanisme pasar yang menentukan terbentuknya harga berdasarkan supply and demand.
Stok minyak nabati dunia yang melimpah akibat produksi yang sangat tinggi semester lalu menyebabkan melemahnya harga CPO.
"Kami evaluasi kembali baik opex [belanja operasional] maupun capex [belanja modal] untuk mitigasi melemahnya harga menjelang panen raya nanti juga untuk mitigasi arus kas agar neraca dan arus kas Astra Agro tetap terkendali. Beberapa aktivitas operasional yang masih bisa ditunda akan dijadwal ulang, termasuk rencana capex akan lebih diperketat," kata Santosa.
Terkait neraca, Santosa menjelaskan, saat ini utang Astra Agro sudah mengikuti mekanisme lindung nilai atau hedging. Dengan demikian, stabilitas neraca Astra Agro terjaga tanpa terpengaruh nilai tukar, maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan nilai tukar dengan melemahnya dolar Amerika terhadap rupiah pada semester ini.
Santosa menilai, harga CPO masih belum stabil meskipun mengalami kenaikan selama satu pekan ini.
"Produsen minyak sawit akan menghadapi musim panen raya pada semester depan. Untuk itu, Astra Agro terus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi selama semester II nanti," tambah Santosa.
Bea Masuk CPO RI ke Eropa Belum Final
[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]
(hps/tas) Next Article Ukur Dampak Diskriminasi Sawit RI oleh UE Pada Kinerja AALI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular