²©²ÊÍøÕ¾

Mau Stock Split, Saham TBIG Terkoreksi Dilepas Asing

tahir saleh, ²©²ÊÍøÕ¾
08 October 2019 10:31
Saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) anjlok.
Foto: Transaksi Jumbo Pada Saham TBIG (²©²ÊÍøÕ¾ TV)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split) yang akan dilakukan emiten menara telekomunikasi Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), membuat harga sahamnya terkoreksi pada perdagangan Selasa ini (8/10/2019). Asing juga mulai melakukan aksi jual atas saham TBIG.

Data perdagangan pukul 10.23 WIB mencatat, saham TBIG minus 0,40% di level Rp 6.275/saham dengan nilai transaksi Rp 16,90 miliar dan volume perdagangan 2,68 juta saham. Year to date atau secara tahun berjalan, saham TBIG melesat 74,31%.

Aksi jual investor asing hari ini sebesar Rp 1,06 miliar di pasar reguler, sepekan terakhir net sell Rp 9,74 miliar dan year to date net sell Rp 1,33 triliun di pasar reguler. Namun dalam sepekan terakhir, sempat ada transaksi di pasar nego sebesar Rp 1,32 triliun beli bersih investor asing.


Melalui keterbukaan informasi, TBIG mengumumkan akan melakukan aksi korporasi pemecahan nilai nominal saham dengan rasio 1:5. Dari aksi ini, nilai nominal saham perusahaan yang semula Rp 100/saham akan berubah menjadi Rp 20/saham.

Dalam pengumuman yang dirilis perusahaan Selasa pagi ini (8/10/2019) di BEI, aksi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

Untuk itu perusahaan meminta izin dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Oktober 2019 ini di Hotel JS Luwansa.


Jika menggunakan asumsi harga saham pada penutupan perdagangan Senin kemarin di Rp 6.300/saham, maka setelah stock split ini dilaksanakan harga saham perusahaan akan berubah menjadi Rp 1.260/saham.

Bersamaan dengan itu, perusahaan juga akan meminta persetujuan para pemegang saham untuk menerbitkan surat utang global atau notes dalam dolar senilai US$ 650 juta atau setara Rp 9,1 triliun dengan acuan kurs Rp 14.141/US$.

Menurut rencana, dana hasil penerbitan obligasi akan dipakai untuk melunasi utang jatuh tempo dan ekspansi usaha.

Surat utang (notes) tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura yang ditujukan kepada pihak yang tidak terafiliasi dengan perseroan, yaitu investor global. Jatuh tempo pembayaran utang pokok paling lama 10 tahun sejak diterbitkan dan jatuh tempo pembayaran bunga setiap 6 bulan. Bunga notes ini ditetapkan maksimal 6% per tahun dengan bunga tetap.

Pada 2 Oktober lalu, saham TBIG juga ditransaksikan dalam nilai yang sangat besar dan terjadi di pasar negosiasi. Belum ada keterbukaan informasi yang menjelaskan siapa pihak-pihak bertransaksi menjual saham tersebut dalam jumlah yang sangat besar tersebut. 


Jika
digabungkan dengan transaksi di pasar negosiasi, total nilai transaksi saat itu tercatat mencapai Rp 1,66 triliun. Transaksi dilakukan melalui Credit Suisse Sekuritas sebagai broker penjual dan Mahakarya Artha Sekuritas sebagai pihak pembeli. Lalu ada beberapa transaksi lain yang dilakukan melalui Ciptadana Sekuritas dan Indo Premier Sekuritas. 

TBIG pertama kali tercatat sebagai emiten di BEI pada 26 Oktober 2010, pas genap 9 tahun. Harga saham yang ditawarkan pada saat IPO senilai Rp 2.025/saham. 

TBIG merupakan salah satu perusahaan menara telekomunikasi terbesar. Berdasarkan laporan keuangan 2018 tercatat memiliki sekitar 15.032 lokasi menara dengan jumlah penyewaan mencapai 25.518.



(tas/hps) Next Article Ikuti Unilever, Tower Bersama Siap Stock Split Saham 1:5

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular