
Caplok 2 Perusahaan Benjtok, Saham Emiten Tahir Melesat 10%
Houtmand P Saragih, ²©²ÊÍøÕ¾
18 December 2019 11:10

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga saham emiten milik keluarga Dato' Sri Tahir, PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) melesat pada perdagangan hari ini, Rabu (18/12/2019) setelah perseroan menyampaikan akan mencaplok saham dua perusahaan milik Benny Tjokrosaputro (Bentjok).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham MPRO tercatat naik 9,59% ke level Rp 2.400/saham pada sesi I hari ini. Volume transaksi tercatat hanya 25,5 ribu saham senilai Rp 59,72 juta.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kemarin, Rabu (17/12/2019), MPRO mengumumkan akan membeli 49,99% saham PT Mandiri Mega Jaya (MMJ) milik PT Hanson International Tbk (MYRX). Perseroan juga akan membeli 49,99% saham PT Hokindo Properti Investama (HPI) dari PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO). Keduanya milik Bentjok.
"Adapun tindak lanjut dari kesepakatan adalah penyusunan perjanjian pengikatan jual beli saham (PPJB), setelah ada dan berdasarkan atas hasil appraisal yang ditetapkan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP)," kata Suwandi, Direktur Maha Properti, Selasa (17/12/2019).
MPRO akan melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue demi mengakuisisi perusahaan milik Bentjok itu.
Selain opsi rights issue, Maha Properti juga bisa melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau atau private placement.
Manajemen Maha Properti menyatakan dari pembelian Mandiri Mega Jaya ini bisa meningkatkan nilai aset dan ekuitasnya.
Maha merupakan perusahaan properti milik keluarga Dato Sri Tahir membeli tanah berstatus girik di daerah Maja, Lebak, Banten. Tanah seluas 318 hektare tersebut akan digunakan untuk pembangunan kawasan hunian.
Dalam penjelasannya kepada BEI, manajemen MPRO menyampaikan lahan yang di Maja merupakan salah satu proyek jangka panjang perusahaan.
"Perseroan telah melunasi tanah seluas 318 hektare. Maja merupakan salah satu proyek dari jangka panjang perseroan. Oleh sebab itu, perseroan sedang berupaya dalam melakukan pembebasan tanah secara bertahap sesuai dengan rencana pengembangan," kata Direktur Utama MPRO Raymond, dalam surat yang disampaikan kepada BEI, Selasa (26/11/2019).
Lahan tersebut dimiliki MPRO melalui anak usaha PT Bintang Dwi Lestari dan punya waktu untuk membebaskan hingga 30 Mei 2021, seluruhnya tanah girik.
Dalam hal proses pembebasannya Bintang Dwi Lestari akan melakukan proses pengukuran dan permohonan hak ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).
"Agar tanah-tanah tersebut bisa diproses lebih lanjut menjadi sertifikat (yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pengembangan proyek secara bertahap)," tulis Raymond.
Sebagaimana diketahui, girik sebetulnya bukanlah sertifikat melainkan tanda kepemilikan tanah berdasarkan hukum adat.
Dari sisi harga saham, BEI saat ini sedang menghentikan perdagangan saham MPRO sejak 8 November 2019 karena peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
MPRO merupakan perusahaan properti di mana Jonathan Tahir tercatat memiliki 34% kepemilikan saham perusahaan tersebut. Dato Sri Tahir memiliki 17% saham, Jane Dewi Tahir memiliki 8,5%, Dewi Riady 8,5%, Grace Dewi Riady 8,5% serta beberapa pihak lainnya. Publik tercatat hanya memilik 1,15% saham di perusahaan ini.
MPRO juga baru merilis kinerja keuangan selama 9 bulan pertama 2019. Perseroan masih membukukan kerugian Rp 18 miliar, turun dibandingkan periode yang sama 2018 senilai Rp 30,76 miliar.
Sementara itu, pendapatan perseroan tercatat naik 198,76% menjadi Rp 89,56 miliar dari Rp 29,98 miliar. Beban pokok penjualan dan pendapatan naik 65,43% menjadi Rp 32,57 miliar dari Rp 19,69 miliar.
(hps/tas) Next Article Masih Rugi tapi Saham Properti Tahir Melesat 24%, Ada Apa?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham MPRO tercatat naik 9,59% ke level Rp 2.400/saham pada sesi I hari ini. Volume transaksi tercatat hanya 25,5 ribu saham senilai Rp 59,72 juta.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kemarin, Rabu (17/12/2019), MPRO mengumumkan akan membeli 49,99% saham PT Mandiri Mega Jaya (MMJ) milik PT Hanson International Tbk (MYRX). Perseroan juga akan membeli 49,99% saham PT Hokindo Properti Investama (HPI) dari PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO). Keduanya milik Bentjok.
MPRO akan melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue demi mengakuisisi perusahaan milik Bentjok itu.
Selain opsi rights issue, Maha Properti juga bisa melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau atau private placement.
Manajemen Maha Properti menyatakan dari pembelian Mandiri Mega Jaya ini bisa meningkatkan nilai aset dan ekuitasnya.
Maha merupakan perusahaan properti milik keluarga Dato Sri Tahir membeli tanah berstatus girik di daerah Maja, Lebak, Banten. Tanah seluas 318 hektare tersebut akan digunakan untuk pembangunan kawasan hunian.
Dalam penjelasannya kepada BEI, manajemen MPRO menyampaikan lahan yang di Maja merupakan salah satu proyek jangka panjang perusahaan.
"Perseroan telah melunasi tanah seluas 318 hektare. Maja merupakan salah satu proyek dari jangka panjang perseroan. Oleh sebab itu, perseroan sedang berupaya dalam melakukan pembebasan tanah secara bertahap sesuai dengan rencana pengembangan," kata Direktur Utama MPRO Raymond, dalam surat yang disampaikan kepada BEI, Selasa (26/11/2019).
Lahan tersebut dimiliki MPRO melalui anak usaha PT Bintang Dwi Lestari dan punya waktu untuk membebaskan hingga 30 Mei 2021, seluruhnya tanah girik.
Dalam hal proses pembebasannya Bintang Dwi Lestari akan melakukan proses pengukuran dan permohonan hak ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).
"Agar tanah-tanah tersebut bisa diproses lebih lanjut menjadi sertifikat (yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pengembangan proyek secara bertahap)," tulis Raymond.
Sebagaimana diketahui, girik sebetulnya bukanlah sertifikat melainkan tanda kepemilikan tanah berdasarkan hukum adat.
Dari sisi harga saham, BEI saat ini sedang menghentikan perdagangan saham MPRO sejak 8 November 2019 karena peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
MPRO merupakan perusahaan properti di mana Jonathan Tahir tercatat memiliki 34% kepemilikan saham perusahaan tersebut. Dato Sri Tahir memiliki 17% saham, Jane Dewi Tahir memiliki 8,5%, Dewi Riady 8,5%, Grace Dewi Riady 8,5% serta beberapa pihak lainnya. Publik tercatat hanya memilik 1,15% saham di perusahaan ini.
MPRO juga baru merilis kinerja keuangan selama 9 bulan pertama 2019. Perseroan masih membukukan kerugian Rp 18 miliar, turun dibandingkan periode yang sama 2018 senilai Rp 30,76 miliar.
Sementara itu, pendapatan perseroan tercatat naik 198,76% menjadi Rp 89,56 miliar dari Rp 29,98 miliar. Beban pokok penjualan dan pendapatan naik 65,43% menjadi Rp 32,57 miliar dari Rp 19,69 miliar.
(hps/tas) Next Article Masih Rugi tapi Saham Properti Tahir Melesat 24%, Ada Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular