
Kabar Baik nih! Asing Masuk via Pasar Nego-Tunai Rp 4 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Aksi jual bersih (net sell) di pasar modal masih terus terjadi, terutama di pasar reguler di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Namun ada kabar baik, investor asing ternyata masih membukukan beli bersih (net buy) sepanjang tahun ini, tapi di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Data BEI mencatat, hingga perdagangan Kamis kemarin (16/4/2020), investor asing masuk hampir Rp 4 triliun atau sebesar Rp 3,59 triliun di pasar nego-tunai sejak awal tahun. Kendati pada periode year to date ini, khusus di pasar reguler, asing masih keluar Rp 17,94 triliun.
Sementara, sebulan terakhir, di pasar nego-tunai, asing juga masuk Rp 1 triliun dan sepekan terakhir asing masuk Rp 630,89 miliar. Meski demikian tak bisa dipungkiri, di pasar reguler asing keluar Rp 6,79 triliun dalam sebulan dan Rp 2,82 triliun dalam 5 hari terakhir atau sepekan.
"Kita lihat saat ini mulai terjadi recovery bursa-bursa global, termasuk bursa saham RI yang tampak dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG]," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dalam konferensi video bersama ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia, di Jakarta, Kamis (16/4/2020).Â
Wimboh mengatakan beberapa instrumen mitigasi risiko sudah diimplementasikan, mulai dari penghentian sementara perdagangan jika indeks terkoreksi hingga 5% atau disebut trading halt, dan pembolehan emiten untuk membeli kembali (buyback) saham di pasar sekunder tanpa izin RUPS.Â
Selain itu, OJK, bersama BEI, juga menerapkan auto rejection asimetris di mana akan terjadi penolakan sistem perdagangan jika harga suatu saham jatuh hingga 7% sehari untuk seluruh fraksi harga (auto rejection bawah/ARB). Ketentuan ini mulai diterapkan sejak Jumat, 13 Maret 2020. Sementara untuk auto rejection atas (ARA) batasan penolakan masih normal, antara 20-35% sesuai fraksi harga.
Satu lagi yakni OJKÂ dan BEIÂ menyetop transaksi short selling (jual kosong), di mana transaksi ini membolehkan investor menjual saham yang belum dimiliki.
"Kita berharap langkah yang sudah dikeluarkan OJKÂ bisa berdampak pada pemulihan pasar ke depan, mengingat apa yang terjadi ini semua global juga merasakan, gak cuma RI," tegas Wimboh.
Sebagai informasi, pasar negosiasi di BEI adalah satu dari tiga jenis transaksi di bursa saham. Jenis transaksi lain yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, dan pasar tunai.Â
Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot (100 saham).
Sebaliknya, transaksi besar yang dilakukan di pasar negosiasi biasanya melibatkan pemilik atau pemegang saham besar yang tidak ingin merusak harga di pasar reguler.
Sementara itu, pasar tunai adalah pasar di mana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh perusahaan efek anggota bursa (AB) melalui sistem JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang sama alias hari itu juga (T+0).
Berdasarkan data BEI, beberapa saham yang ditransaksikan di pasar nego di antaranya terjadi pada Senin (13/4) ketika dua saham diborong asing sehingga nilai transaksi hari itu melesat.
Dua saham yang diborong asing tersebut yaitu PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) senilai Rp 305,37 miliar. Lalu saham PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) senilai Rp 291,01 miliar. Transaksi beli bersih asing kedua saham ini mencapai Rp 596,38 miliar.Â
Frekuensi transaksi saham GGRP tercatat hanya dilakukan hanya 3 kali. Transaksi tersebut dilakukan oleh broker UOB Kay Hian Sekuritas, sebagai transaksi tutup sendiri alias crossing saham.
Pada awal tahun, BEI mencatat juga ada transaksi crossing saham di pasar nego atas saham emiten perusahaan kayu PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII). Saat itu, Selasa ini (1/1/2020), saham IFII ditransaksikan sebesar Rp 1,64 miliar dengan volume perdagangan 7,68 juta saham.
Asing masuk Rp 527,80 miliar di pasar negosiasi, sementara asing masuk Rp 2,06 juta di pasar reguler, sehingga total asing membeli Rp 527,81 miliar. Indonesia Fibreboard Industry resmi IPO pada Selasa (10/12/2019) dan menjadi emiten ke 52 sepanjang tahun 2019.
Selain itu, pada 9 Januari lalu, juga terjadi transaksi tutup sendiri alias crossing saham PT Nusantara Properti Internasional Tbk (NATO) dengan nilai transaksi sebesar Rp 985,87 miliar. Crossing saham ini dilakukan oleh broker pelaksana Pacific Sekuritas Indonesia. Nilai transaksi saham ini pun dilakukan di harga Rp 825/saham.
Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah melorot 28,87% sepanjang tahun ini hingga Kamis kemarin di level 4.480,61 dengan nilai transaksi harian sebesar Rp 6,54 triliun pada penutupan Kamis.
(tas/sef) Next Article Wow! Saham Dwi Guna Ditransaksikan Rp 1 T di Pasar Nego
