²©²ÊÍøÕ¾

Terkuak Aksi Korporasi Besar BRI & Kode Jokowi-Erick Thohir

Monica Wareza, ²©²ÊÍøÕ¾
12 November 2020 08:22
Erick Tohir jadi tim pemenang kampanye Joko Widodo
Foto: Istimewa Agus Suparto via ²©²ÊÍøÕ¾

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Emiten perbankan pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tengah menjadi sorotan pelaku pasar setelah Rabu kemarin (11/11/2020) mengumumkan laporan keuangan kuartal III-2020 yang diaudit dan rencana aksi korporasi besar yang akan dilakukan.

Sontak investor merespons dengan memburu saham Bank BRI. Alhasil, saham BBRI ditutup naik 3% di level Rp 4.120/saham pada penutupan perdagangan Rabu kemarin mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI).

Nilai transaksi Bank BRI tembus Rp 1,46 triliun dengan volume perdagangan 357,10 juta saham. Dalam sebulan terakhir perdagangan saham BBRI melesat 31% dengan kapitalisasi pasar Rp 508,18 triliun.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan BRI sedang menyiapkan sebuah aksi korporasi yang berkaitan dengan pengembangan bisnis UMKM, terutama di sektor ultra mikro.

Aksi korporasi ini membutuhkan audit laporan keuangan sebagai salah satu syaratnya. Hanya saja Sunarso dan Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengaku belum bisa menjelaskan aksi korporasi yang akan dilakukan.

"Jadi audit laporan keuangan September ini hal biasa kita lakukan, tetapi memang betul dalam rangka corporate action. Nanti pada saatnya kami share, ini belum publik," ujar Haru dalam konferensi pers paparan kinerja Kuartal III-2020, Rabu (11/11/2020).

"Di tanya ke mana arahnya, kembali lagi seperti kata pak dirut [Sunarso] ini untuk pengembangan UMKM," tambah Haru.

BRI merupakan raksasa bisnis dalam UMKM. Porsi portofolio kredit UMKM mencapai 80,65% dari total kredit September 2020 yang mencapai Rp 935,35 triliun.

Sunarso juga memberikan petunjuk bahwa arah pengembangan BRI ke depan adalah go smaller, yaitu memberikan kredit ke segmen ultra mikro. Dengan arah ini, maka BRI mengincar porsi pembiayaan UMKM bisa naik ke 85%.

"Dari yang belum unbankable kita bawa masuk ke perbankan dengan perkuat base ultra mikro dan unbankable kita masukkan," ujar Sunarso memberi petunjuk arah bisnis ke depan.

Segmen unbankable memang belum banyak digarap oleh BRI selama ini. Segmen ini terdiri dari bagian, termasuk productive poor yang diyakini memiliki pangsa pasar sangat besar, namun hanya sangat sedikit bank yang bermain.

Segmen ini, yang selama ini digarap oleh perusahaan pembiayaan non bank, seperti BUMN Pegadaian maupun Permodalan Nasional Madani (PNM).

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, mengatakan BRI harus menemukan sumber pertumbuhan yang baru. Untuk itu, BRI mulai masuk ke segmen ultra mikro dalam 2 bulan terakhir.

"Dalam 2 bulan kita sudah kasih ultra mikro Rp 5,5T dengan customer lebih dari 700 ribu nasabah," ujarnya.

Menurutnya, penyaluran kredit ke segmen ini berbasis data, yang didapat dari data penerima bantuan pemerintah maupun data dari Agen BRILink.

"Karena BRI peran utama di stimulus pemerintah dari stimulus ada data base besar, Pak Indra (Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI), sudah buat data yang jadi bantuan buat agen BRI," ujar Supari.

LANJUT>> Kode Jokowi dan Erick Thohir

Sebenarnya, Menteri BUMN Erick Thohir pernah memberikan petunjuk mengenai arah pengembangan BRI ke depan, saat ²©²ÊÍøÕ¾ Economic Outlook pada Februari 2020.

Erick yang menjadi pembicara dalam event tersebut mengatakan Kementerian BUMN akan mensinergikan BRI dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PT PNM.

"Kami sudah rapat dengan BRI, kami ingin memastikan Juni ini terjadi sinergi yang luar biasa dengan Pegadaian dan PMN. Jadi jelas, tidak ada lagi overlapping kebijakan di situ, dan target market-nya jelas, ini kalau terjadi, BRI akan jadi bank luar biasa. Cepet-cepet beli sahamnya!" ujar Erick saat itu.

Rupanya tak cuma Menteri Erick yang sempat memberikan sinyal soal aksi korporasi besar yang akan dilakukan oleh BRI.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) rupanya pernah mewacanakan pembentukan holding di sektor UMKM, sektor yang menjadi core business pembiayaan kredit BRI.

Wacana ini disampaikan Jokowi dalam Rakornas tim percepatan akses keuangan daerah (TPAKD) dan pengembangan Bank Wakaf Mikro (BWM) pada Desember 2019).

"Saya sudah melihat, [Di daerah] sudah terbentuk kelompok-kelompok usaha yang akan menjadi cluster. Saya sudah sampaikan ke Menko Perekonomian [Airlangga Hartarto] agar klaster ini dipayungi lagi oleh sebuah kayak di-holding-kan," ucap Jokowi.

Jokowi melanjutkan, ketika UMKM sudah disatukan dalam satu Holding BUMN, akan terbentuk sebuah korporasi usaha-usaha kecil dan usaha-usaha kecil bisa lebih mudah terjangkau oleh market place.

"Sehingga nanti kita memiliki korporasi usaha-usaha kecil, usaha mikro yang bisa gampang [terjangkau] oleh market place di nasional dan global," kata Jokowi melanjutkan.

Pada Februari, Erick juga menyinggung soal road map sinergi pengembangan perusahaan pelat merah. Sinergi ini punya nilai strategis untuk mengembangkan bisnis BUMN.

Saat itu, Erick pun menyinggung beberapa inovasi terkait model bisnis dan strategi nilai BRI. Dengan inovasi yang dilakukan, Erick bahkan menyinggung performa bisnis Bank BRIdan harga sahamnya.

"Ada strategic value, seperti BRI yang tidak lain bisnisnya besar, tapi memang punya tugas berat untuk ritel," kata Erick.

"Tidak mungkin KUR [kredit usaha rakyat] ke Bank Mandiri dan BNI, footprint gak kuat tapi BRI jangkauan luar biasa," kata Erick. "Apalagi kemarin sudah rapat dengan BRI saya pastikan Juni ini ada sinergi antara BRI, Pegadaian, dan ada target market jelas, ini kalau terjadi BRI akan jadi bank luar biasa, cepet-cepet beli sahamnya," lanjut Erick.

Direktur Utama BBRI Sunarso pun menjelaskan perihal kinerja perusahaan yang mencatatkan laba bersih konsolidasi pada 9 bulan pertama tahun ini mencapai Rp 14,12 triliun, atau turun 43% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 24,78 triliun.

Laba bersih secara individual Bank BRI pada periode 9 bulan hingga September 2020 itu mencapai Rp 14,05 triliun, juga turun 43,27% dari periode yang sama tahun lalu Rp 24,77 triliun.

"Saya sampaikan bahwa prioritas yang harus kita pilih, di situasi seperti sekarang begini penuh ketidakpastian kita harus pilih fixing strategi ke mana," kata Sunarso dalam acara launching BRI Micro & SME Index secara virtual di Jakarta, Rabu (11/11/2020).

"Laba saya katakan tidak akan setinggi tahun lalu, tetap positif. Pilihannya kita kejar laba atau selamat dulu. Jadi kalau ditanya kejar untung atau selamat, saya sebagai CEO bank besar ini pilih selamat dulu, cari bantalan dulu," tegasnya.

Dia mengatakan laba tetap positif tahun ini, tapi tidak sebesar tahun lalu lantaran adanya restrukturisasi kredit yang membutuhkan pencadangan yang cukup dan memadai sehingga menjamin keberlangsungan bisnis.

"Tetap di-manage hati hati, pencadangan cukup, kalau ada pendapatan tidak diambil tahun ini, dicadangkan ke aset jadi bantalan cadangan memadai," katanya.

"Meski demikian harus tetap tumbuh, pilihan strateginya adalah bisnis follow stimulus, likuditas melimpah bukan karena dana banyak, tapi loan demand menurun," katanya.

Menurut dia belum bisa pacu kredit lantaran permintaan turun, sebab itu yang harus diangkat adalah permintaan itu sendiri.

"Permintaan pasar ga bisa dibantu sektor bisnis saja, negara bantu stimulus, bantuan dan subsidi, dikelompokkan tiga, government spending, kalau ga government investment, kalau tidak maka bisa government guarantee," katanya.

Dari sisi pendapatan bunga bersih serta pendapatan premi secara konsolidasi pada periode tersebut mencapai Rp 53,08 triliun, turun 12,79% dari sebelumnya Rp 60,87 triliun. Sementara itu, pendapatan bunga bersih mencapai Rp 56,05 triliun, turun 7,8% dari September 2019 yakni Rp 60,8 triliun.

"Pertumbuhan kredit di sisa 2 bulan sampai akhir 2020 4-5%. Lalau laba agak susah, saya kira gini bahwa Q3 ini kuartal yang boleh dikatakan bottoming [paling bawah kinerja], jadi Q4 udah mudahan ada peningkatan," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, dalam kesempatan itu.

"Kalau kredit jangan liat 4-5%, mikro tumbuh 8%, mikro kecil 4%, akan fokus UMKM," kata Haru.

Adapun Handayani, Direktur Konsumer BRI, menjelaskan pendapatan fee based tumbuh 13,9% didominasi transaction base, dan digital tumbuh lebih dari 50% dan transaksi agen BRILink.

"Pertumbuhan ini tunjukkan basis transaksi digital jadi kontributor utama fee base income. BRILink jadi salah satu backbone fee base income," kata Handayani.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular