
Resmi Backdoor Listing! PAC Jadi Pengendali Mitra Investindo

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perusahaan investasi PT Prime Capital Asia (PAC) resmi menjadi pemegang saham pengendali PT Mitra Investindo Tbk (MITI) dengan porsi kepemilikan hampir 70% setelah mengeksekusi haknya dalam Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue yang digelar Mitra Investindo.
Dengan demikian, PAC melakukan backdoor listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah menjadi pembeli siaga (standby buyer) dan menyerap saham rights issue yang tidak dieksekusi oleh pemegang saham eksisting perusahaan migas ini.
Backdoor listing biasanya terjadi bila ada satu perusahaan tertutup ingin menjadi perusahaan terbuka lewat akuisisi perusahaan terbuka (membeli saham secara besar-besaran) dan tidak melalui proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI.
Direktur Utama PAC Andreas Tjahjadi dan Direktur PAC Dading T Soetarso mengatakan perusahaan telah menyerap 1,4 miliar saham kelas B dalam rights issue tersebut dengan harga pelaksanaan Rp 50.
Perusahaan juga mengambil 300 juta saham yang tidak diambil oleh pemegang saham lainnya, sehingga total saham yang diserap oleh PAC mencapai 1,7 miliar saham atau 69,59% dari total saham MITI.
"Pelaksanaan pengambilalihan saham PMHMETD yang dilakukan PAC tersebut telah mengakibatkan dilusi kepemilikan saham Interra Resources Limited yang semula selaku pengendali perusahaan dengan porsi kepemilikan 48,87% menjadi 11,30%, sehingga terjadi perubahan pengendalian," tulis keduanya, dalam situs resmi MITI, dikutip Kamis (11/2/2021).
PAC adalah perusahaan Indonesia yang fokus pada jasa investasi dan aktivitas konsultasi. Sahamnya dipegang 59,99% oleh Andreas, 40% oleh PT Marina Sinergi Utama, dan 0,01% oleh Prasasto Ciomas Sutanto.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengendali perusahaan terbuka yakni pihak (langsung dan tidak langsung) yang memiliki saham dari 50% dari total kepemilikan. Kemudian, memiliki kemampuan untuk menentukan, dengan cara apapun kebijakan pengelolaan perusahaan. Ini sesuai dengan POJKÂ Nomor 9 tahun 2018.
Adapun seusai dengan POJKÂ tersebut, PACÂ wajib melakukan tender offer atau melakukan penawaran untuk membeli saham publik di MITI.
Berdasarkan prospektus, PACÂ memang akan menyetorkan 1,4 miliar saham yang diserap dalam bentuk selain uang yakni melakukan inbreng 99,81% saham PT Wasesa Line dalam rights issue. Karena itu, setelah rights issue, Mitra Investindo akan mengkonsolidasikan laporan keuangan Wasesa Line.
Wasesa Line adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pelayaran dalam negeri untuk mengangkut orang atau barang sebagai support vessel vehicle dalam kegiatan produksi minyak lepas pantai.
Selain Prime Capital Asia, pemegang saham lain dari MITI adalah Interra Resources 11,3%, dan publik 14,21%.
Dalam rights issue ini, emiten investasi milik dua pengusaha nasional, Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melalui Interra memang sudah disebutkan bahwa tidak akan menyerap saham baru tersebut. Interra akan mengalihkan HMETD-nya kepada PAC.
Adapun nilai emisi yang bisa diperoleh dari rights issue adalah Rp 143,23 miliar atau setara dengan US$ 10,23 juta (kurs Rp 14.000/US$).
Dana ini akan digunakan untuk akuisisi Wasesa Line dalam bentuk inbreng senilai Rp 70 miliar, Rp 15 miliar untuk membeli piutang PAC di Wasesa Line dan sisanya untuk modal kerja perseroan.
Melalui rights issue ini, perseroan juga berharap Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka suspensi saham MITI sejak 11 Maret 2019.
Sebelumnya PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam analisis bertajuk Insight, menilai jika rencana reverse stock (penggabungan nominal saham) dan rights issue itu berjalan mulus, maka PAC akan jadi pemilik baru, dan MITI akan mendapatkan anak usaha baru yang keuangannya dinyatakan lebih mampu mencetak pemasukan di dalam struktur MITI, dalam hal ini Wasesa Line.
"Beberapa detail transaksi dalam skema restrukturisasi itu tidak melibatkan dana segar sama sekali dan hanya menyuntikkan aset yang sudah ada. Aksi tersebut dinyatakan dapat memperbaiki kinerja MITI," tulis laporan Insight Mirae.
"Rencana itu secara tidak langsung juga berpotensi menjadikan Prime menjadi perusahaan terbuka melalui MITI tanpa harus menggelar IPO, atau istilahnya backdoor listing," tulis Mirae.
(tas/tas) Next Article Jadi Pengendali baru, Prime Capital Tender Offer Saham MITI
