
'Dipompa' Kenaikan Harga CPO, Begini Valuasi Raksasa Sawit RI

Berikut ini grafik harga CPO dalam setahun terakhir.
Sebagai informasi, ada sejumlah faktor yang mendorong reli kenaikan harga CPO sejak awal bulan ini. Pertama, pasokan yang berkurang membuat harga CPO terkerek.
Malaysian Palm Oil Board mencatat produksi CPO Negeri Harimau Malaya pada Februari 2021 adalah 1,1 juta ton. Turun 1,85% dibandingkan bulan sebelumnya dan 14,19% dari periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia juga menjadi penyebab kenaikan harga. Depresiasi ringgit membuat CPO lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain sehingga permintaan terhadap kontrak komoditasnya meningkat.
Faktor lain yang membuat harga CPO melesat adalah kenaikan harga minyak mentah. CPO merupakan salah satu bahan dasar pembuatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif minyak.
Namun, reli penguatan tersebut harus berakhir pada Selasa (16/3) setelah harga futures CPO turun dari level RM 4.000, yakni RM 3.897/ton.
Jelang istirahat siang pada perdagangan hari ini, Jumat (19/3/2021), harga kontrak CPO pengiriman Juni 2021 drop 2,08% ke RM 3.720/ton.
Dengan demikian, dalam sepekan terakhir harga kontrak futures (berjangka) yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange ambles 8,5%.
Harga minyak sawit pada paruh pertama tahun ini akan didukung oleh kurangnya tenaga kerja asing di Malaysia dan harga yang tinggi untuk minyak kedelai sebagai substitusi.
Sementara, lembaga rating Fitch Ratings meramal, dilansir dari Refinitiv, Jumat (19/3/2021) output industri akan meningkat sepanjang tahun dan hal ini akan berdampak pada harga CPO di tahun 2022.
"Kami telah meningkatkan asumsi kami untuk rata-rata harga CPO acuan Malaysia pada 2021 menjadi US$ 700/ton dari US$ 560/ton sebelumnya, dan menurunkan asumsi kami untuk 2022 menjadi US$ 550/ton dari US$ 600/ton. Asumsi jangka panjang kami tetap tidak berubah pada USD600/ton," kata Fitch Ratings.
(adf/adf)