
PGN Butuh Duit Hingga Rp 72,5 T Buat Bangun Pipa

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) membutuhkan dana investasi hingga US$ 4-5 miliar atau sekitar Rp 58 triliun-Rp 72,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$) untuk membangun infrastruktur gas, terutama pipa gas, hingga 2026 mendatang.
Suko Hartono, Direktur Utama PGN, mengungkapkan untuk memenuhi kebutuhan dana investasi tersebut, perusahaan akan menggandeng mitra, sehingga investasi bisa ditanggung bersama.
"Kebutuhan investasi sampai 2026, kami butuh US$ 4-5 billion (miliar), tapi kami cari partner untuk dikerjakan bersama-sama," ungkapnya di Jakarta, Senin (19/04/2021).
Dia menjelaskan, dana tersebut untuk mewujudkan tujuh proyek strategis perusahaan dalam rangka menjaga keberlanjutan energi domestik. Tujuh proyek strategis ini disebut dengan istilah "Sapta PGN+". Proyek tersebut antara lain membangun jaringan gas distribusi hingga ke rumah tangga (PGN Sayang Ibu), PGN mendukung industri khusus seperti pengadaan gas untuk kilang bahan bakar minyak (BBM), PGN untuk listrik, retail dan industri umum, sektor maritim, sektor darat, PGN masuk desa, dan PGN "Going Global".
Dengan pengelolaan infrastruktur gas bumi sebesar 97%, PGN mempersiapkan infrastruktur gas bumi di wilayah barat dengan dominan infrastruktur pipa dan wilayah timur dengan infrastruktur non pipa yang dapat melayani gas bumi baik dalam bentuk gas pipa, Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquefied Natural Gas (LNG).
Salah satu proyek utama dari program Sapta PGN yaitu PGN Sayang Ibu guna pemenuhan gas bumi untuk kebutuhan rumah tangga. Tahun ini, perusahaan menjalankan penugasan dari pemerintah untuk membangun 127.776 sambungan rumah tangga (SR) jargas dengan dana APBN 2021.
Selain itu, melalui pendanaan mandiri dari inisiasi perusahaan akan dilaksanakan dengan membangun Jargas Mandiri COCO sebanyak 50.000 SR pada tahun 2021.
"Kami bikin master plan infrastruktur gas ini agar bisa bantu mengurangi impor LPG dan impor BBM nasional," tuturnya.
PGN menurutnya juga berperan aktif mendukung program RDMP Kilang sesuai dalam jangka waktu menengah yaitu pembangunan fasilitas regasifikasi LNG skala kecil di darat (Small Land-Based LNG Regasification Terminal) di Cilacap dan pembangunan Pipa Gas Senipah ke Kilang RU V Balikpapan.
Proyek Terminal Regasifikasi LNG diestimasikan dapat menghasilkan peningkatan volume secara bertahap sampai dengan 111 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sedangkan Pipa Senipah-Balikpapan diestimasikan dalam mendukung penyaluran gas untuk efisiensi kilang dengan volume meningkat bertahap sampai dengan 194 MMSCFD. Keduanya ditargetkan beroperasi pada 2023.
Suko mengungkapkan bahwa proyek ini ditujukan dapat menyediakan suplai dan infrastruktur LNG yang terintegrasi untuk pemenuhan kebutuhan gas di RU IV Cilacap maupun RU Balikpapan secara tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya.
"Pembangunan infrastruktur gas ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan Kilang Balikpapan melalui pipa gas Senipah - Balikpapan. Sedangkan gasifikasi Kilang Cilacap dilakukan dengan memanfaatkan portofolio PGN dalam mengelola LNG sebagai persiapan PGN going global dan entry point pengembangan pasar LNG retail di Jawa Tengah bagian selatan," paparnya.
"Proyek ini bisa dikatakan sebagai sinergi antara Sub Holding Gas, Sub Holding Shipping, dan Sub Holding Kilang dalam jangka panjang yang tergabung sebagai Holding Migas Pertamina," imbuhnya.
Suko menegaskan bahwa PGN berkomitmen untuk terus mengawal pelaksanaan proyek kilang ini agar dapat bermanfaat maksimal bagi pertumbuhan industri dalam negeri, optimalisasi sumber energi domestik, dan penguatan investasi migas nasional.
"PGN Sub Holding Gas mendukung Program RDMP Kilang sebagai proyek Strategis Nasional dan mengembangkan infrastruktur untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi dan membantu upaya pengurangan energi impor," tuturnya.
(wia) Next Article PGN Siap Operasikan Pipa Cisem, Tapi Modalnya dari Pemerintah
