
Perkenalkan 2 Crazy Rich Baru Robinhood, Berharta Rp 37 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sektor teknologi finansial (tekfin) terus memunculak miliarder setiap bulan. Selama bertahun-tahun Silicon Valley mencoba meruntuhkan dominasi layanan keuanagn konvensional melalu melalui aplikasi perdagangan, pemula pembayaran, dan pemberi pinjaman online mencapai valuasi yang besar.
Tahun ini kemunculan miliarder baru masih berasal dari tekfin, setelah sebelumnya co-founder Coinbase, Affirm dan Marqeta sukses menghantarkan perusahaan mereka melantai di bursa.
Kali ini giliran para pendiri Robinhood, Vlad Tenev dan Baiju Bhatt, yang bisa memiliki nilai kekayaan masing-masing US$ 2,6 miliar (Rp 37,7 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) sejalan dengan rencana pencatatan saham Robihood di Nasdaq bulan ini.
Ini didasarkan kepada harga yang dilepas, yakni US$ 40/saham dalam kisaran harga yang disampaikan perusahaan dalam prospektusnya, Senin (19/7/2021).
Kedua orang yang merupakan teman sekamar saat menempuh pendidikan di Stanford ini masing-masing akan memiliki 7,9% saham beredar perusahaan. Mereka juga masing-masing melepas US$ 50 juta saham dalam penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) ini.
Sebelumnya, Robinhood berencana untuk dilepas di harga US$ 38-US$ 42 per saham dan akan tercatat di Nasdaq pekan depan. Dengan demikian proses ini akan meningkatkan valuasi Robinhood menjadi US$ 35 miliar dari sebelumnya US$ 11,7 miliar pada September 2020 lalu.
Pengguna berbondong-bondong ke Robinhood pada kuartal pertama karena volume perdagangan crypto melonjak dan popularitas saham meme seperti GameStop dan AMC Entertainment membawa jutaan trader baru ke aplikasi ini.
Pada akhir Maret, Robinhood memiliki 17,7 juta pengguna aktif bulanan, naik dari 11,7 juta pada akhir 2020.
Baru-baru ini, kendati Robinhood akan menjadi IPO terbesar tahun ini. Awal tahun ini perusahaan harus menghentikan perdagangan GameStop dan saham lainnya karena lonjakan volume yang tidak terduga menciptakan krisis likuiditas. Padahal peningkatan aktivitas merupakan keuntungan besar bagi pendapatan Robinhood
"Untuk melindungi perusahaan dan melindungi pelanggan kami, kami harus membatasi pembelian di saham ini," kata Tenev ketika pembatasan tersebut dilakukanuntuk menopang neraca, tetapi insiden itu menimbulkan pertanyaan tentang model bisnis perusahaan.
Robinhood diperkirakan akan mendapatkan US$ 1 miliar dari investor untuk menopang neraca, tetapi insiden itu menimbulkan pertanyaan tentang model bisnis perusahaan, yang dikenal sebagai pembayaran untuk aliran pesanan.
Robinhood memungkinkan pengguna membeli dan menjual secara gratis, dan menagih market maker seperti Citadel Securities atau Virtu untuk hak melakukan perdagangan pelanggan.
Otoritas Pengatur Industri Keuangan mengatakan pada bulan Juni bahwa Robinhood akan membayar denda sekitar US$ 70 juta untuk pemadaman seluruh sistem dan praktik komunikasi dan perdagangan yang menyesatkan.
Perusahaan ini juga menghadapi sederet gugatan class action yang diusulkan, serta pemeriksaan atau investigasi oleh regulator, jaksa agung negara bagian, Securities and Exchange Commission, FINRA dan Departemen Kehakiman AS.
Dalam prospektus awalnya awal bulan ini, Robinhood mengungkapkan bahwa ponsel Tenev telah diamankan oleh pengacara federal sebagai bagian dari penyelidikan GameStop.
Namun, co-founder Robinhood ini diposisikan untuk mendapat untung besar ketika perusahaan go public dan akan mengendalikan sebagian besar keputusan.
Tenev dan Bhatt akan memiliki semua saham Kelas B Robinhood setelah penawaran. Saham tersebut memiliki hak suara 10 kali lebih besar dari saham Kelas A, menurut prospektus, memberikan Tenev 26% hak suara, dan Bhatt 39%.