Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tahun 2020 merupakan milik saham-saham perusahaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), penghuni bursa saham Amerika Serikat (AS) alias bursa Wall Street. Dipimpin perusahaan mobil listrik besutan miliarder nyentrik Elon Musk, Tesla, saham-saham EV melonjak tinggi dan menemukan momentumnya.
Kendati performa saham-saham EV menyusut sejak awal tahun ini, tetapi apabila dibandingkan dengan performa selama setahun, saham-saham tersebut masih cenderung mengungguli saham-saham perusahaan mobil 'konvensional' kelas kakap, macam Ford atau General Motors.
Fenomena lonjakan saham-saham mobil setrum memang didukung oleh tren pertumbuhan mobil listrik secara global.
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), di tengah pandemi Covid-19, pada tahun 2020 stok mobil listrik global mencapai angka 10 juta, meningkat 43% dibandingkan 2019.
Adapun kendaraan listrik baterai (BEV) menyumbang dua pertiga dari pendaftaran mobil listrik baru dan dua pertiga dari stok pada tahun 2020. China, dengan 4,5 juta mobil listrik, memiliki armada terbesar, kendati pada tahun lalu Eropa memiliki peningkatan tahunan terbesar untuk mencapai 3,2 juta.
IEA menyebut, sekitar 3 juta mobil listrik baru didaftarkan pada tahun 2020. Untuk pertama kalinya, Eropa memimpin dengan 1,4 juta pendaftaran baru. China menyusul dengan 1,2 juta pendaftaran dan Amerika Serikat mendaftarkan 295.000 mobil listrik baru.
Sementara itu, konsumen menghabiskan US$ 120 miliar untuk membeli mobil listrik pada tahun 2020, meningkat 50% dari 2019, dengan peningkatan penjualan sebesar 41% dan kenaikan harga rata-rata sebesar 6%.
Mobil listrik juga semakin beragam. Secara global, ada sekitar 370 model mobil listrik tersedia pada 2020, meningkat 40% dari tahun sebelumnya.
Lantas, bagaimana dengan kinerja saham-saham EV versus saham-saham pabrikan mobil raksasa? Kemudian, bagaimana dengan saham-saham otomotif di bursa Tanah Air?
Di dalam tulisan ini Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ akan menjelaskan secara ringkas performa saham-saham mobil listrik dan konvensional di Negeri Paman Sam dan mengaitkannya dengan kondisi di Indonesia.
Berikut ini head-to-head kinerja 6 saham EV dan mobil konvensional:
3 Saham Pembuat Mobil Listrik
Perusahaan | Kode Saham | Harga Terakhir (US$) | % Ytd | % 1 Tahun | % Tahun 2020 |
Tesla | TSLA | 657.62 | -10.97 | 113.57 | 718.351 |
Nio | NIO | 43.17 | -15.68 | 258.85 | 1080 |
Li Auto Inc* | LI | 30.77 | 1.42 | 98.64 | - |
*LI melantai di Bursa AS pada 30 Juli 2020
NEXT: Analisis Sahamnya Gaes
3 Saham Pabrikan Mobil Raksasa
Perusahaan | Kode Saham | Harga Terakhir (US$) | % Ytd | % 1 Tahun | % Tahun 2020 |
General Motors | GM | 55.77 | 32.94 | 115.49 | 13.08 |
Ford Motor | F | 14.03 | 59.25 | 102.75 | -4.63 |
Toyota Motor ADR | TM | 179.5 | 15.20 | 41.52 | 8.51 |
**Harga per 26 Juli 2021 Waktu AS
Mengacu pada data di atas, sepanjang 2020, saham-saham GM, Ford dan Toyota benar-benar harus bertekuk lutut di hadapan saham 'anak-anak' baru produsen mobil listrik.
Sepanjang 2020, saham Tesla 'meroket' 718,35%, sementara dalam setahun saham ini juga masih 'terbang' 113,57%. Memang, setelah lonjakan 'gila-gilaan' pada tahun lalu, saham Tesla mulai 'loyo' sejak awal tahun ini.
Selain harga saham yang luar biasa, nilai kapitalisasi pasar (market cap) Tesla pun sangat jumbo, yakni sebesar US$ 633,51 miliar. Jauh lebih besar dari market cap GM (US$ 80,90 miliar), Ford (US$ 56,00 miliar), bahkan raksasa pabrikan mobil Jepang Toyota (US$ 249,16 miliar).
Setelah pengiriman mobil mencapai 500.000 kendaraan pada 2020, Tesla diperkirakan akan meningkatkan pengiriman kendaraan antara 50% hingga 70% pada 2021.
Mengenai kinerja keuangan, pemilik brand mobil S sedan dan X ini berhasil membukukan kenaikan pendapatan automotif sebesar 31% (yoy) menjadi US$ 27,36 miliar tahun lalu.
Kenaikan penjualan tersebut membuat Tesla sukses membukukan laba bersih sebesar US$ 721 juta di sepanjang 2020atau Rp 10,38 triliun. Laba bersihnya melesat tajam karena pada tahun 2019 Tesla masih harus menanggung rugi sebesar US$ 862 juta.
Adapun terbaru, pada Senin (26/7), Tesla melaporkan laba bersih US$ 1,14 miliar pada kuartal II 2021, mengalahkan ekspektasi pasar. Ini adalah pertama kalinya Tesla berhasil melampaui $ 1 miliar. Pada kuartal yang sama tahun lalu, laba bersih mencapai US$104 juta.
Pendapatan Tesla juga melonjak menjadi US$ 11,96 miliar dari US$ 6,04 miliar pada kuartal II 2020.
Tesla telah melaporkan pengiriman sebanyak 201.250 kendaraan listrik, dan produksi total 206.421 kendaraan, selama kuartal yang berakhir 30 Juni 2021
Selain Tesla, saham produsen mobil listrik asal China, Nio dan Li Auto. Saham NIO mengangkasa 1.080% sepanjang 2020, sementara selama setahun saham yang melantai di Wall Street sejak September 2018 ini juga meroket 258,85%.
Pada kuartal pertama tahun 2021, NIO mengirimkan lebih dari 20.00 kendaraan, menunjukkan peningkatan lebih dari 400% dari tahun ke tahun. NIO telah mengirimkan sekitar 95.000 kendaraan secara total.
Asal tahu saja, NIO berfokus pada pasar sport utility vehicle (SUV) listrik China dan bersaing dengan SUV crossover Model Y Tesla.
Sementara, saham tiga pabrikan mobil raksasa cenderung 'tak berdaya' sepanjang tahun lalu. Saham GM 'hanya' naik 13,08% selama 2020, Ford malah minus 4,63%, dan Toyota tumbuh 8,51%.
Memang, apabila dihitung dalam setahun belakangan dan ytd, ketiga saham tersebut mulai menunjukkan kenaikan yang signifikan. Saham GM, misalnya, melesat 115,49% dalam setahun dan 32,94% secara ytd.
Hal tersebut tentu menjadi sinyal waspada bagi saham-saham EV untuk tahun ini. Selain itu, secara prospek, pabrikan mobil kelas kakap tersebut juga sudah punya rencana untuk semakin fokus ke bisnis mobil setrum di masa depan.
Sebut saja, Ford berencana untuk meningkatkan investasi kendaraan listriknya menjadi $30 miliar dan menargetkan 40% penjualan EV pada tahun 2030.
Sebelumnya, pada awal 2020, GM menargetkan memproduksi mobil listrik secara total pada tahun 2035.
Tidak hanya itu, pabrikan mobil Jepang Honda Motor Co. juga secara terbuka akan menghentikan penjualan mobil berbahan bakar minyak sepenuhnya dan fokus ke 100% mobil listrik pada 2040.
Adapun 'jagoan' Negeri Matahari Terbit lainnya, Toyota, akan mengincar penjualan 5,5 juta kendaraan listrik secara global setiap tahun pada tahun 2025.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Di tengah riuh-rendah soal proyek pembuatan pabrik baterai untuk kendaraan listrik akhir-akhir ini, sayangnya, sampai saat ini belum ada emiten mobil listrik yang 'nangkring' di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saat ini, tercatat setidaknya ada dua pabrikan otomotif di Tanah Air, yakni induk konglomerasi Grup Astra yang mendistribusikan mobil Toyota, Daihatsu, Isuzu PT Astra International Tbk (ASII) dan emiten Grup Salim PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), yang menjual mobil Audi, Suzuki, Datsun, hingga KIA.
Sementara, untuk emiten penunjang otomotif, seperti produsen sparepart, ada anak usaha ASII PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), anak usaha IMAS, PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS), dan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM).
Dengan melihat tren global, di mana antusiasme terhadap mobil listrik berikut sahamnya semakin bertumbuh, yang bahkan memaksa pabrikan kelas kakap untuk ikut beralih ke industri EV, emiten-emiten otomotif dalam negeri harus mulai bersiap-siap agar tidak 'ketinggalan kereta'.
Menarik untuk ditunggu, manuver-manuver yang dilakukan Astra ss untuk merespons fenomena global yang prospektif ini.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA