²©²ÊÍøÕ¾

Beli Saham Ini Bukan Bonus Cuan Malah Bonus 'Dosa', Lho Kok?

Putra, ²©²ÊÍøÕ¾
03 August 2021 10:25
Infografis: Resmi! Cukai Naik 12,5%, Harga Rokok Makin Mahal di 2021
Foto: Infografis/Resmi! Cukai Naik 12,5%, Harga Rokok Makin Mahal di 2021/Arie Pratama

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Akhir-akhir ini, investasi yang memperdulikan lingkungan, sosial, dan tata kelola atau lebih dikenal dengan sebutan ESG (environment, social, and governance) terus memperoleh popularitas.

Sebaliknya, saham-saham non-ESG ini disebut 'Sin Stock' alias 'saham dosa' yang merupakan kebalikan dari bisnis ESG. Saham-saham tipe ini berpotensi tertekan jika sejumlah besar proporsi investor memilih untuk menghindari mereka. Istilah ini mulai ramai diperbincangkan para analis global, seiring dengan gencarnya aktivitas ESG secara internasional.

Apa sebenarnya saham 'dosa'?

Well, saham ini biasanya merupakan saham bisnis yang melibatkan perjudian, tembakau, alkohol, senjata api, maupun industri pertahanan yang dikonotasikan dalam riset-riset menjadi sektor-sektor yang 'menyakiti' manusia.

Berkebalikan dengan ESG yang mengutamakan keberlangsungan berbagai pihak, emiten 'dosa' akan mengambil cuan dari 'memanfaatkan' customernya.

Saham semacam ini akan memiliki biaya modal yang tinggi karena mereka akan diperdagangkan pada rasio valuasi harga dibandingkan dengan pendapatan (PER) yang lebih rendah, yang tentunya berpotensi membawa keuntungan lebih bagi investor.

Beberapa investor mungkin menganggap cuan yang tinggi ini sebagai kompensasi untuk biaya beban moral dari memegang saham-saham yang cenderung mencetak untung dengan memanfaatkan orang lain.

Di sisi lain, investor yang bermoral tinggi mungkin akan rela menerima keuntungan yang kurang optimal karena sang investor tidak mau mendukung perusahaan yang mereka percaya merugikan masyarakat dan atau kesehatan seseorang.

Penelitian mengenai saham 'dosa' sudah banyak dibuat seperti di tahun 2009 yakni "The Price of Sin: The Effects of Social Norms on Markets", penelitian tahun 2017 yaitu "Fewer Reasons to Sin: A Five-Factor Investigation of Vice Stocks" dan "Sin Stocks Revisited: Resolving the Sin Stock Anomally" serta penelitian tahun 2020 yaitu "The Underpricing of Sin Stocks".

Hasil riset dari penelitian ini menunjukkan saham 'dosa' memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pasar.

Angka Beta yang mengukur seberapa volatil saham 'dosa' juga lebih rendah dari 1 yang menunjukkan risiko membeli saham sini lebih rendah dibandingkan dengan saham-saham lain di pasar sehingga saham dosa tergolong difensif.

Hal ini disebabkan oleh investor ritel dan investor institusi yang kurang sreg membeli saham dosa meskipun kinerja perseroan tergolong untung besar, bahkan tercatat perusahaan-perusahaan dosa untungnya lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain.

Meskipun demikian apabila ada perusahaan 'dosa' yang ingin masuk pasar melalui mekanisme penawaran saham perdana (IPO, initial public offering), harga saham perusahaan 'dosa' biasanya lebih rendah 22,3% dibandingkan dengan perusahaan lain.

Lebih tingginya keuntungan berinvestasi di saham-saham penuh 'dosa' dan lebih rendahnya risiko berinvestasi di saham ini dibandingkan dengan saham lain menyebabkan saham ini akan cocok bagi para investor yang tidak perduli akan ESG dan bersikap acuh tak acuh secara moral.

Bagaimana dengan di dalam negeri, apakah bursa Tanah Air juga memiliki saham-saham 'dosa'?

Apakah di bursa dalam negeri saham-saham 'dosa' juga tergolong saham-saham yang 'cuan' lebih besar? Ataukah ada anomali?

NEXT: Siapakah Saham-saham 'Dosa' di RI?

Dari dalam negeri, mayoritas saham-saham 'dosa' merupakan emiten rokok serta emiten alkohol karena perjudian merupakan hal yang illegal di Indonesia dan industri persenjataan masih belum berkembang, dan perusahaan senjata yang ada pun hanya bersifat perusahaan privat seperti BUMN PT Pindad.

Saham-saham dosa di Indonesia juga tergolong saham-saham non syariah sehingga apabila Anda melakukan pembukaan akun rekening saham syariah maka anda secara otomatis tidak dapat membeli saham-saham ini sehingga pembeli saham-saham 'dosa' lebih terbatas dibandingkan saham lain.

Berikut kinerja saham-saham dosa di Indonesia dalam beberapa periode terakhir, mengacu data BEI per Senin (2/8).

Tercatat muncul anomali dibandingkan dengan pasar global di mana mayoritas saham-saham 'dosa' baik saham rokok maupun saham alkohol di BEI sudah terkoreksi parah baik sejak awal tahun, setahun terakhir, tiga tahun terakhir, hingga 5 tahun terakhir.

Hal ini imbas dari regulasi rokok dan bir yang semakin diperketat. Catat saja cukai rokok terutama untuk sigaret mesin terus menerus dinaikkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani guna menekan jumlah perokok aktif.

Selain itu regulasi mengenai minuman alkohol yang beberapa tahun lalu dapat didistribusikan melalui minimarket sudah diganti. Kini konsumer dipersulit dan hanya dapat melakukan pembelian alkohol di supermarket dengan menunjukkan kartu indentitas di atas 21 tahun.

Dampaknya saham-saham rokok serta alkohol sudah tumbang parah.

Catat saja emiten rokok dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) sudah tumbang harga sahamnya 74,21% dalam 5 tahun terakhir. Saham rokok dengan market cap kedua terbesar PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga sudah terkoreksi parah 46,39% dalam 5 tahun terakhir.

Untuk saham bir PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) juga sudah ambruk parah dalam 5 tahun terakhir masing-masing 5,71% dan 26,80%.

Anomali hanya dicatatkan oleh PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang sahamnya berhasil naik 45,94% dalam 5 tahun terakhir. Kinerja WIIM tidak terdampak parah karena kenaikan cukai tidak berlaku untuk rokok jenis sigaret tangan dimana rasio sigaret tangan produksi Wismilak merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan kompetitornya.

Wismilak yang merupakan rokok kelas dua juga menjadi opsi baru para perokok yang tak mampu lagi membeli rokok-rokok kelas atas baik karena permasalahan daya beli akibat Covid-19 maupun karena kenaikan cukai rokok kelas satu.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular