
Cuan! Investasi di 5 Saham BUMN Ini Bisa Bikin Kipas-kipas

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Di tengah loyonya Indeks IDX BUMN20, yang berisikan 20 saham BUMN, 5 saham konstituennya berhasil mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun ini. Dari 5 saham tersebut 3 di antaranya merupakan emiten perbankan.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan Jumat pekan lalu (5/11/2021), IDX BUMN20 turun 2,42% sejak awal tahun (year to date/ytd). Ini lantaran 12 dari 20 saham konstituennya memiliki kinerja negatif secara ytd.
Berikut 5 saham BUMN dengan kenaikan tertinggi secara ytd.
5 Saham BUMN dengan Kenaikan Terbesar secara Ytd
No | Kode Ticker | Harga Terakhir (Rp) | % Year to date (ytd) |
1 | ANTM | 2,360 | 21.96 |
2 | TLKM | 3,770 | 13.90 |
3 | BBNI | 6,950 | 12.55 |
4 | BMRI | 7,100 | 12.25 |
5 | BJTM | 760 | 11.76 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), harga terakhir per 5 November 2021
Dari 5 saham di atas, ada 3 saham bank, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM). Sementara, 2 sisanya adalah emiten tambang nikel dan emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Saham ANTM mencatatkan kinerja paling ciamik sepanjang tahun ini, yakni sebesar 21,96% ke harga Rp 2.360/saham. Investor asing ramai-ramai memborong saham ANTM dengan nilai beli bersih (net buy) Rp 2,81 triliun sejak awal tahun di pasar reguler.
Sebelumnya, saham ANTM sempat menyentuh Rp 3.180/saham pada 14 Januari 2021.
Kala itu, saham sektor nikel sempat menjadi incaran ritel, setelah produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla disebut-sebut akan menggelontorkan dana besar untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia dan diikuti oleh prospek komoditas nikel ke depan sangat cerah.
Sontak saja pada awal tahun 2021 saham-saham nikel melesat tinggi, sebelum akhirnya kembali bertumbangan setelah kejelasan investasi Tesla di Indonesia tidak menemui titik temu.
Selain itu, kenaikan harga komoditas nikel akhir-akhir ini juga turut mendongkrak performa saham ANTM. Harga kontrak berjangka (futures) nikel di London Metal Exchange (LME), misalnya, sudah naik 7,24% dalam sebulan terakhir dan melesat 16,98% secara ytd ke harga US$ 19.434/ton pada penutupan pasar Jumat (5/11) pekan lalu.
Bahkan, harga nikel sempat ditutup menyentuh level US$ 20.963/ton pada 20 Oktober 2021, tertinggi setidaknya dalam 7 tahun terakhir.
Selain saham ANTM, saham TLKM, juga berhasil melonjak 13,90% sejak awal tahun ini. Asing pun tercatat melakukan beli bersih dengan nilai jumbo, yakni Rp 7,96 triliun secara ytd di pasar reguler.
Tingginya minat investor ke saham TLKM memang cukup beralasan, lantaran emiten ini memiliki fundamental yang baik dan prospek yang cerah. Apalagi, Telkom menjadi 'raja' pasar telekomunikasi di Tanah Air saat ini.
Telkom terbilang aktif sepanjang tahun ini. Saat ini, TLKM sedang melakukan transformasi digital dalam menjadi digital telco. Adapun fokus kerja Telkom di ranah bisnis digital dilakukan melalui tiga domain utama perusahaan yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital services.
Kabar teranyar, TLKM akan membawa anak usahanya yang bergerak di bidang usaha menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), melantai di bursa RI.
Harga penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) Mitratel telah ditetapkan di Rp 800/saham. Penetapan ini setelah dilakukan penawaran awal (book building) yang pada 26 Oktober-4 November 2021 lalu.
Melansir Bloomberg, harga tersebut hampir mencapai harga terbawah dari harga yang ditawarkan yakni di kisaran Rp 775-Rp 975/saham. Hal ini disampaikan sumber yang mengetahui mengenai hal tersebut.
Dengan demikian, dengan melepas 25.540.000.000 saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, maka perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 20,43 triliun.
Adapun masa penawaran umum akan dilaksanakan pada 16-18 November 2021 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditargetkan pada 22 November 2021 nanti.
Tidak hanya saham ANTM dan TLKM, tiga saham bank pelat merah pun sukses menorehkan kinerja ciamik sepanjang tahun ini.
Saham BBNI, misalnya, terkerek naik 12,55% ke Rp 6.950/saham. Saham BBNI juga kebanjiran dana asing, yakni dengan nilai net buy asing Rp 1,53 triliun secara ytd.
Mengenai kinerja keuangan terbaru, BNI tercatat membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasian sebesar Rp 7,75 triliun pada September 2021 atau per kuartal III, meningkat 79,33% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 4,32 triliun.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, Senin (25/10/2021), pada 9 bulan pertama tahun ini, BBNI mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 37,52 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp 42,03 triliun.
Kemudian, ada saham BMRI yang berhasil melejit 12,25% ke Rp 7.100/saham. Seperti ketiga saham di atas, asing juga berbondong-bondong membeli saham BMRI dengan nilai beli bersih Rp 4,95 triliun secara ytd.
Hingga kuartal III 2021 atau per September 2021, Bank Mandiri mampu mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 19,23 triliun, tumbuh 37,1% secara year on year (YoY) dari sebelumnya Rp 14,03 triliun.
Tercatat, hingga kuartal III 2021, laju kredit perseroan secara konsolidasi mampu tumbuh positif sebesar 16,93% YoY menjadi Rp 1.021,6 triliun yang juga diimbangi dengan CASA Ratio Bank Mandiri (bank only) yang meningkat sebesar 7,15% year on year (YoY) yakni di level 74,57%
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(adf/adf) Next Article Cuan...Cuan, Ini 5 Saham BUMN Idola Investor di Kuartal III
