
Asia Pasifik Sumbang Polutan Karbon Terbesar Dunia, RI Masuk?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Asia-Pasifik adalah 'rumah' bagi penghasil karbon terbesar di dunia, dan para ahli mengatakan upaya global untuk memerangi perubahan iklim sangat bergantung pada negara-negara Asia untuk mengurangi ketergantungan terhadap batu bara.
Tahun lalu, kawasan ini menyumbang 52% dari emisi karbondioksida (CO2) global, menurut data terbaru dalam laporan Tinjauan Statistik Energi Dunia (Statistical Review of World Energi) yang diterbitkan oleh BP, satu dari empat raksasa migas global.
China menyumbang 59% dari total emisi di Asia Pasifik, sementara India menyumbang 13,7%, ungkap laporan tersebut.
Para pemimpin global dan pemerhati lingkungan bertemu di Glasgow, Skotlandia awal bulan ini melaksanakan KTT perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC), sejak 31 Oktober hingga 12 November.Â
Dan, momen yang krusial dari pertemuan itu yakni COP-nya atau Conference of the Parties alias COP-26.
Acara tersebut diadakan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil - termasuk batu bara - demi mengurangi emisi karbon dan membatasi pemanasan global.
Pada Kamis 12 November mendatang, 28 negara bergabung dengan aliansi internasional yang didedikasikan untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap. Sayangnya, dilansir ²©²ÊÍøÕ¾Â International, negara polutan batu bara terbesar di dunia - seperti China dan India - tidak ikut bergabung.
Lambatnya Transisi ke EBT
Batu bara menyumbang lebih dari seperempat konsumsi energi primer dunia. Energi primer mengacu pada energi dalam bentuk aslinya - seperti batu bara dan minyak - dan sebelum diubah menjadi bentuk energi lain.
Laporan BP menunjukkan nyaris setengah - atau sekitar 47,8% - dari energi yang dikonsumsi di Asia-Pasifik tahun lalu berasal dari batu bara,.
Persentase konsumsi batu bara ini adalah yang tertinggi di antara kawasan lainnya, termasuk Afrika, Eropa, dan Amerika Utara.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa batu bara menghasilkan lebih dari setengah energi yang dikonsumsi di China dan India tahun lalu. Sementara itu, 42% dari total energi yang dihasilkan di Indonesia berasal dari penggunaan batu bara.
Transisi energi di kawasan Asia Pasifik dari penggunaan bahan bakar fosil menuju sumber terbarukan masih "terlalu lambat," kata Gavin Thompson, wakil ketua untuk kawasan tersebut di konsultan energi Wood Mackenzie.
![]() Bauran Energi Berdasarkan Kawasan Geografis Utama Dunia |
"[Tingginya penggunaan batu bara tersebut] sebagian besar berasal dari kebijakan pemerintah. Meskipun target bersih nol datang dengan cepat dan ambisius ... hampir semua [negara] tidak memiliki perincian yang cukup tentang bagaimana hal ini akan dicapai, "kata Thompson dalam sebuah laporan Oktober, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾Â International, Selasa (9/11/2021).
"Tanpa kemajuan dalam kebijakan, pertumbuhan masa depan Asia masih terlihat terlalu bergantung pada bahan bakar fosil, khususnya batu bara," tambahnya.
Emisi nol bersih mengacu pada pencapaian keseimbangan keseluruhan antara emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dan emisi gas rumah kaca yang diserap dari atmosfer, baik melalui cara alami atau dengan menggunakan teknologi penangkapan karbon yang masih dalam pengembangan lebih lanjut.
![]() Konsumsi Energi Beberapa Negara Utama di Kawasan Asia Pasifik |
Indonesia - eksportir batu bara termal terbesar di dunia - berambisi untuk memenuhi 23% kebutuhan energinya dengan sumber terbarukan pada tahun 2025 dan mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2060.
Kombinasi sistem perpajakan dan subsidi akan diperlukan untuk membantu perusahaan batu bara secara bertahap beralih ke industri yang lebih hijau, kata Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati.
"Kami tidak ingin membunuh bisnis, kami ingin memiliki transisi yang terjangkau dan adil," katanya kepada Forum Masa Depan Berkelanjutan ²©²ÊÍøÕ¾ pada bulan Oktober.
NEXT:Â Peran China dan India
