²©²ÊÍøÕ¾

Asia Pasifik Sumbang Polutan Karbon Terbesar Dunia, RI Masuk?

Feri Sandria, ²©²ÊÍøÕ¾
09 November 2021 09:50
PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping, di Wuhan China, 28 April 2018/India's Press Information Bureau/Handout via REUTERS
Foto: PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping, di Wuhan China, 28 April 2018/India's Press Information Bureau/Handout via REUTERS

Penggunaan batu bara adalah salah satu dari banyak masalah yang menjadi pemisah antara negara maju dan berkembang dalam upaya dalam membatasi kerusakan lingkungan.

Sebelumnya, pemerintah India berpendapat bahwa negara-negara berkembang memiliki kontribusi kecil terhadap emisi karbon di masa lalu dan mendesak negara-negara maju untuk memainkan peran yang lebih besar. Saat ini India adalah penghasil karbon terbesar ketiga di dunia.

China - penghasil karbon dioksida terbesar di dunia - juga telah meminta negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk dapat berbuat lebih banyak.

Tidak jelas apakah negara dapat menjembatani perbedaan mereka pada pertemuan COP26 di Glasgow.

Tepat sebelum KTT Perubahan Iklim, para pemimpin Kelompok 20 ekonomi utama (G-20) gagal secara eksplisit berkomitmen pada netralitas karbon pada tahun 2050 dan menjanjikan diakhirinya subsidi bahan bakar fosil, kata ekonom di bank Prancis Natixis.

"Itu menjadikan peluang untuk membawa pulang pembangkit listrik tenaga batu bara masih terbuka, terutama untuk ekonomi yang bergantung pada batu bara yang dapat sangat menderita akibat transisi energi seperti China dan India," kata para ekonom dalam sebuah laporan pekan lalu.

Mereka mencatat bahwa target untuk emisi nol bersih yang diumumkan oleh China dan India - masing-masing pada tahun 2060 dan 2070 - lebih lambat dari target tahun 2050 yang dianggap penting untuk menjaga kenaikan suhu global pada batas 1,5 derajat Celcius di atas masa pra-industri.

Konsorsium Climate Action Tracker, yang melacak aksi, kebijakan, dan target iklim pemerintah, menilai komitmen China dan India sebagai "sangat tidak memadai (highly insufficient)."

Peringkat India diberikan sebelum Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan target emisi nol bersih.

Dampak Jangka Panjang Pertumbuhan China

China sebenarnya memiliki alasan kuat untuk bekerja menuju emisi karbon nol bersih, kata David Murphy, kepala wawasan kuantitatif China di Credit Suisse.

"Beijing memandang ini sebagai pendorong pertumbuhan, jadi mereka beralih ke energi hijau, ke dekarbonisasi sebagai pendorong pertumbuhan tepat ketika pendorong tradisional di China - perumahan, pengeluaran investasi aset tetap - sedang menuju puncaknya, " katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾ "Squawk Box Asia" minggu lalu.

Murphy mengatakan China telah menjadi pemimpin dalam industri seperti energi surya dan kendaraan listrik. Industri-industri tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi bagi China "untuk waktu yang lama," tambahnya.

Jadi mari melihat bagaimana dua negara konsumsi batu bara terbesar dunia ini merealisasikan komitmennya ke energi bersih.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA

(fsd/fsd)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular