Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Akhir Oktober lalu, dalam sebuah diskusi Direktur Riset Center of Reform Economic (CORE) Piter Abdullah mengatakan, kemunculan bank digital ini menjadi babak baru di industri perbankan. Era digital menyebabkan persaingan baru di industri perbankan dan menjadi tantangan besar bagi bank besar.
"Mau tidak mau bank besar tidak mau ketinggalan untuk membuat produk digital banking," kata Piter.
Nah, inilah yang membuat sebagian besar bank di RI mulai ramai-ramai bertransformasi ke digital dan ada pula yang sudah membuat sepenuhnya digital. Hal ini sejalan dengan pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengatakan jika bank konvensional tidak segera beralih ke digital, maka akan semakin ditinggalkan nasabahnya.
Apalagi meluasnya jangkauan layanan teknologi finansial (fintech) juga merupakan salah satu tantangan yang menghambat pertumbuhan industri perbankan konvensional apabila tidak segera menawarkan terobosan baru.
Bahkan perusahaan teknologi raksasa dunia seperti Apple, Google, Samsung sudah ikut menawarkan layanan finansial yang sebagian pasarnya masih belum mampu dijangkau sepenuhnya perbankan konvensional dengan memberikan persyaratan relatif mudah dan penawaran yang cukup menarik, selain juga kecanggihan teknologi yang dimiliki.
Dari dalam negeri perusahaan teknologi internet seperti Shopee, Grab dan GoTo juga mulai menyasar industri jasa keuangan. Shopee memiliki SPay dan Spaylater yang bertarung di segmen fintech dan bekas Bank BKE yang sudah disulap menjadi Seabank akan bertarung di segmen bank digital.
Sama dengan Shopee, Grab bekerja sama dengan Ovo di sektor fintech dan berpeluang menambah jangkauan bisnis jika memilih berkolaborasi dengan Bank Fama yang baru saja diakuisisi oleh Grup Emtek, salah satu investor perusahaan superapp asal Singapura tersebut.
GoTo tentu merupakan salah satu ekosistem yang paling matang yang berhasil menjangkau hampir setiap aspek kehidupan rakyat RI dengan beragam layanan yang ditawarkan, termasuk layanan finansial.
GoTo Finansial setidaknya memiliki enam bisnis yang menyasar sektor keuangan, termasuk di dalamnya GoPay, Mapan dan Moka. Selain itu melalui anak usahnya, Gojek juga merupakan pemegang saham utama Bank Jago, yang merupakan bank digital dengan valuasi terbesar. Saat ini Gojek, Bank Jago dan Bibit yang juga perusahaan teknologi finansial telah memiliki kolaborasi yang kemungkinan akan semakin besar skalanya di masa depan.
Tapi apakah bank-bank besar utama di Indonesia diam saja dengan gempuran digitalisasi perekonomian Indonesia? Tentu saja tidak!
Jika sebelumnya bank konvensional yang sudah puluhan tahun berbisnis memiliki keuntungan kompetitif karna sudah lebih dulu beroperasi dan dipercaya oleh puluhan juta warga Indonesia. Jarak tersebut perlahan kini mulai berkurang, sehingga semua bank besar sudah mawas dan mengerti ancaman yang diperoleh dari menjamurnya bank digital dan perusahaan fintech.
Lalu apa saja terobosan yang telah dilakukan bank-bank besar di Tanah Air untuk melawan gempuran tersebut? Berikut Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ merangkum beberapa strategi dan keputusan penting yang diambil oleh bank besar konvensional demi menjaga pangsa pasarnya.
Dengan kondisi iklim bisnis yang jauh sudah berbeda dari satu dekade lalu, bank-bank besar mau tidak mau harus bertransformasi akan tetap relevan bagi para nasabah yang kian hari makin terbiasa dengan perkembangan layanan keuangan dan ekonomi digital.
Beberapa pos utama pendapatan seperti pendapatan bunga bersih tidak bisa diandalkan secara maksimal seperti dahulu dan tiap tahun semakin berkurang karena persaingan yang semakin kompetitif.
Jika dilihat dari perolehan marjin bunga bersih alias Net Interest Margin (NIM) bank besar RI, angka tersebut selalu menunjukkan tren penurunan dalam lima tahun terakhir.
Berikut adalah beberapa strategi yang sudah dijalankan oleh bank-bank besar di Indonesia untuk tetap menjaga pangsa pasar nasabah perbankan.
Mendirikan Bank Digital
Melawan hegemoni bank digital yang tumbuh subur, beberapa bank besar di Tanah Air sudah menyiapkan tandingan untuk bertarung di 'arena tinju' ekonomi baru.
Bank BRI memiliki bank digital yang sudah melantai di bursa yakni Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (AGRO). Bank BCA memiliki anak usaha yakni PT Bank Digital BCA yang merupakan eks Bank Royal, atau juga dikenal sebagai blu.
Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dikabarkan berencana mengakuisisi 'bank mini' untuk dimasukkan menjadi bagian dari ekosistemnya, yang dirumorkan oleh pasar adalah Bank Mayora Indah (MYOR).
Sebelumnya Bank Mega milik pengusaha Chairul Tanjung (CT), tahun ini juga telah mengakuisisi Bank Harda dan berganti nama menjadi Allo Bank yang disiapkan untuk bergabung dengan ekosistem bisnis milik CT.
Ekosistem SuperApp
Seluruh perbankan besar utama di Indonesia sudah memiliki layanan digital sampai batas tertentu. Akan tetapi Bank Mandiri menjadi bank besar utama yang sangat gencar berinvestasi untuk menggabungkan segala layanan yang ditawarkan perusahaan agar dapat diakses secara mudah secara daring.
Hal ini salah satunya karena Bank Mandiri tidak memiliki 'beban' lebih karena hingga saat ini menyatakan belum memiliki rencana untuk melakukan konversi bank konvensional menjadi bank digital.
Bank Mandiri menilai layanan digital retail bank sepenuhnya dapat melayani seluruh kebutuhan nasabah retail tanpa harus melakukan konversi menjadi bank digital seperti yang ditempuh beberapa bank nasional lainnya.
Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri Timothy Utama mengatakan Bank Mandiri sudah bisa dikategorikan sebagai bank digital, jika definisi bank digital tidak termasuk bahwa bank digital adalah bank yang tidak memiliki kantor cabang.
Layanan aplikasi super yang dimaksud adalah produk bernama New Livin' by Mandiri yang oleh manajemen dikatakan mengusung konsep cabang dalam genggaman dengan layanan finansial yang komplit, termasuk integrasi layanan anak perusahaan Mandiri Group dan ekosistem digital lainnya yang dekat dengan nasabah seperti asuransi dan investasi.
Pelayanan Nasabah dengan Mesin Secara Digital
Satu terobosan lain yang juga membantu memudahkan transaksi nasabah adalah adanya pelayanan nasabah (custumer service/CS) yang tidak harus mendatangi kantor cabang. Hal ini dapat mengeliminasi perjalanan tidak perlu atau semrawut keramaian di kantor cabang.
Bank BCA memiliki layanan CS digital yang memberikan kemudahan bagi nasabah untuk beragam transaksi customer service secara self-service dan dapat diakses 24 jam di lokasi-lokasi yang ditentukan. Layanan yang ditawarkan termasuk pergantian kartu dan pendaftaran e-banking.
Mandiri juga memiliki layanan serupa yang bernama CS Machine yang menawarkan solusi dengan proses penggantian kartu debit dan pembukaan rekening secara praktis tanpa harus mengantre di customer service cabang.