
Sempat Tembus Rekor Tertinggi, IHSG Turun 0,4% di Sesi 1

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berayun ke teritori negatif pada penutupan perdagangan sesi pertama Senin (22/11/2021), di tengah kekhawatiran memburuknya pandemi di beberapa negara maju.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.692,274 atau drop 22 poin (-0,42%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,17% ke 6.731,515, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.754,464 tepat pukul 09:00 WIB.
Namun selepas itu, IHSG tertekan dan meluncur ke zona merah hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.690,818 jelang penutupan pukul 11:30 WIB. Mayoritas saham terpelanting yakni sebanyak 303 unit, sementara 213 lain menguat, dan 146 sisanya flat.
Nilai perdagangan masih terbatas di level Rp 7,7 triliun yang melibatkan 16 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 892.000-an kali. Investor asing hari ini masih mencetak penjualan bersih (net sell), senilai Rp 30,6 miliar.
Saham yang mereka lego adalah PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 223,4 miliar dan Rp 39,1 miliar. Kedua saham tersebut tertekan, masing-masing sebesar 1,9% ke Rp 785/saham dan -4,9% menjadi Rp 680/saham.
Sebaliknya, saham yang diburu antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 58,1 miliar dan Rp 48,8 miliar. Keduanya flat, ke level harga Rp 7.250 dan BBCA ke Rp 7.425/saham.
Dari sisi nilai transaksi, saham MTEL dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan total nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 841,5 miliar dan Rp 372,3 miliar dan PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) senilai Rp 204,4 miliar.
Koreksi terjadi di tengah pergerakan variatif bursa Asia. Indeks bursa Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong melemah, masing-masing sebesar 0,04% dan 0,35% sementara indeks Shanghai China dan KOSPI Korea Selatan melesat masing-masing sebesar 0,65% dan 1,3%.
Austria menjadi sorotan dunia setelah memilih kembali mengimplementasikan karantina wilayah (lockdown) berskala nasional. Sementara itu, Jerman memilih untuk membatasi mobilitas masyarakat yang belum divaksinasi.
Kecemasan akan kembalinya lockdown berskala global memicu aksi jual komoditas energi karena kekhawatiran bahwa permintaan akan melemah. Harga kontrak futures minyak mentah pun ambrol ke level di bawah US$ 80/barel.
Untuk kontrak Brent sendiri ditutup di US$ 78,89/barel setelah melemah 3,85% sepekan. Sedangkan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) jatuh lebih dalam dengan koreksi sebesar 5,91% ke level US$ 76,1/barel.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(ags/ags) Next Article Kasus Covid di RI Turun Drastis, IHSG Bisa Balik ke 6.100 Nih