
Debut di Bursa Mengecewakan, MTEL Ambles 4,4% & Diobral Asing

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten pengelola menara telekomunikasi yang juga anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel ditutup merosot ke zona merah di hari pertama melantai di bursa, Senin (22/11/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham MTEL ambles 4,38% ke Rp 765/saham. Nilai transaksi saham MTEL tergolong jumbo, yakni sebesar Rp 1,09 triliun, dengan volume perdagangan 1,38 miliar saham.
Sejatinya, sesaat bel pembukaan berbunyi pada pagi tadi, saham MTEL sempat naik 11,25% ke Rp 890/saham. Namun, kemudian saham ini terus terbenam di zona merah sepanjang hari.
Di tengah pelemahan ini, investor asing melakukan jual bersih Rp 296,65 miliar di pasar reguler, sedangkan asing mencatatkan beli bersih Rp 122,97 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Hingga penutupan pasar hari ini, nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham MTEL mencapai Rp 63,89 triliun.
Sementara, kalangan analis menilai harga penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) MTEL terbilang mahal dibanding dengan saham-saham emiten di sektornya. Namun demikian, hal ini sebanding peluang pertumbuhan perusahaan ke depannya.
Analis PT Shinhan Sekuritas Indonesia Anissa Septiwijaya mengatakan, dari harga penawaran Mitratel di Rp 800/saham, menunjukkan price to earning ratio (PER)j 48,8x. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan emiten di sektor yang sama.
"Untuk MTEL sendiri berdasarkan harga IPO di Rp 800 jika dilihat dari PE berada di sekitar 48,8x. Sementara pesaingnya TOWR [PT Sarana Menara Nusantara Tbk ] dan TBIG [PT Tower Bersama Infrastructure Tbk] masing-masing sebesar 17,7x dan 48,5x," kata Anissa kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (22/11/2021).
Adapun, jika dilihat secara EV/EBITDA (enterprise value per laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi), MTEL cenderung lebih tinggi dibanding TOWR, namun lebih rendah dibanding TBIG.
Dengan asumsi tersebut, harga saham MTEL dinilai lebih premium ketimbang dengan harga saham TOWR saat ini.
"Namun secara market share sendiri kita tahu MTEL terbesar di pasar menara telekomunikasi dan sangat memiliki peluang yang besar juga untuk terus meningkatkan kinerjanya terlebih net debt/EBITDA MTEL juga masih rendah," tandas dia.
Untuk diketahui, Mitratel baru saja mencatatkan sahamnya di BEI, Senin ini. Saham perusahaan dilepas di harga Rp 800/saham dengan jumlah 23.493.524.800 dan menghasilkan dana senilai Rp 18,79 triliun.
Dana dari hasil penawaran umum ini akan digunakan oleh perusahaan sebanyak 44% akan digunakan untuk belanja modal organik seperti penambahan kolokasi melalui penguatan dan penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, dan ekspansi ke teknologi dan layanan yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.
Lalu sebesar 56% akan digunakan untuk belanja modal anorganik, yakni untuk mengakuisisi menara telekomunikasi dari operator telekomunikasi dan akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru yang bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.
Sisanya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan lainnya seperti peningkatan sistem teknologi informasi dan penerapan program pengembangan yang berkualitas untuk menara telekomunikasi.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(adf/adf) Next Article Babak Belur Saat Debut, Gimana Nasib Saham MTEL Hari Ini?
